"Dim, kalo Tante boleh tau, rumah kamu dimana ya?" Tanya Ibu.
"Kebetulan, aku masih nge-kost Tan di Bandung." Jawab Dimas.
"Oh jauh juga ya dari sini." Ucap Ibu. Dimas hanya menyeringai.
"Sekarang kamu jadi dosen di Universitas **** Kan? Itu kan jauh banget dari kostan kamu." Tanya Ibu.
"Iya Tan. Lumayan jauh sih. Tapi gapapa. Soalnya, kalo nge-kost di deket deket kampus, harganya mahal banget." Jawab Dimas.
"Tante punya ide. Gimana kalo kamu tinggal disini aja. Di belakang ada kamar kosong. Sebenernya itu kamar keponakan Tante, tapi sekarang dia lagi di Korea buat kuliah. Kamu bisa tinggal disana." Ucap Ibu dengan bersemangat.
       Tidak biasanya Ibu peduli terhadap orang lain sampai seperti ini. Fajar saja karena ingin tinggal di rumah ini, ia sampai mohon-mohon ke Ibu selama hampir satu bulan, hingga akhirnya Ibu mengizinkannya untuk tinggal. Tapi dia. Malah Ibu langsung yang memintanya.
"Tapi Tan-"terpotong
"Buat harganya, samain aja kaya harga kost-an kamu di Bandung, rumah tante kan dekat tuh ke kampus. Jadi, gaada alasan buat nolak tawaran Tante kan?" ucap Ibu dengan seenaknya. Ibu tuh sama sepertiku. Jika ingin sesuatu, harus selalu terpenuhi.
       Terlihat dengan jelas di wajahnya, bahwa Dimas benar-benar terkejut mendengar perkataan Ibu. Tanpa sadar, aku tertawa.
"Loh Wid, kamu ketawa? Udah lama banget loh Ibu gak pernah lihat kamu ketawa." Ucap Ibu sambil sedikit memperlihatkan senyumannya. Segera aku mengembalikan wajah datarku. Dimas yang sedari tadi memperhatikanku pun ikut tersenyum manis.