"Selamat sore Bu. Saya Dimas. Maaf saya ngga angkat telpon dari Ibu, soalnya saya udah sampe depan."
"Oh Dimas. Iya gapapa. Silahkan masuk." Ucap Ibuku.
       Seorang pria yang memiliki tinggi sekitar 178 cm itu memasuki rumah. Aku terus menonton TV tanpa menghiraukan dia yang berjalan semakin dekat ke arahku.
"Ibu..?" Tanya lelaki itu. Sepertinya dia tidak tau Nama Ibuku.
"Panggil aja Tante." Ucap Ibuku sembari tersenyum ramah, dibalas senyuman manis dari lelaki itu.
       Terlihat dia merapihkan rambutnya yang berantakan karena kebasahan terkena air hujan.
"Aduh! Kamu jadi kebasahan gini. Wid, tolong ambilin handuk kering dong di balkon!" ucap ibu.
       Tanpa mengucap sepatah katapun, aku segera pergi meninggalkan ruang tamu untuk mengambil handuk. Setelah kuberikan handuk kering tersebut kepada lelaki itu, aku kembali duduk di atas sofa. Segera dia pun mengeringkan rambut basahnya.
"Dimas, kenalin ini anak Tante. Namanya Widya Ayu. Panggil aja dia widi." Kata Ibuku. Sembari menyenggol bahu kiriku dengan bahu kanannya, mengisyaratkan bahwa aku harus berjabat tangan dengannya.
       Aku berpura-pura tidak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh Ibu kepadaku. Aku diam saja sambil tetap memandang ke depan. Ibu mulai terlihat kesal melihatku.
       Lelaki itu menyodorkan tangan kanannya ke arahku. Karena aku tetap diam saja, dia menarik tangan kananku dengan tangan kananya, kami pun melakukan jabat tangan. Ini pertama kalinya aku melakukan jabat tangan dengan calon guru lesku. Biasanya, tidak ada yang berani melakukannya. Mereka semua sepertinya takut padaku karena sikap dinginku ini.