"Tika!! Mentari!!"
       (Singkat cerita, aku menceritakan semua keluh kesalku sambil kita melepas rindu yang tersimpan sejak lama)
"Aku punya ide. Gimana kalo kamu buat presentasi tentang jurusan fotografi ke Ibu kamu. Disana, kamu jelasin tuh kalo itu tuh sebenarnya jurusan kaya gimana, prosfek kerjanya gimana, dan alasan kenapa kamu milih jurusan itu. Jelasin pelan-pelan, semoga ibu kamu mengerti." Ucap Mentari. Dia memang benar-benar orang yang paling jago buat ngasih saran.
 ***
       Pukul 21.00 wib. Ibu masih belum pulang juga. Aku terus menunggunya, duduk di atas sofa di ruang televisi. Tak sadar aku ketiduran.
       Terdengar suara bel berbunyi. Kulihat jam menunjukkan pukul 23.00. Setelah melihat Ibu pulang, aku memintanya untuk duduk sedangkan aku memulai presentasi. Selama hampir setengah jam, aku menjelaskan semua materi yang sudah aku persiapkan sebelumnya. Ibu tidak berbicara sepatah katapun.
       Aku menyerahkan brosur sebuah universitas pada Ibu. Ibu membacanya cukup teliti. Melihat hal tersebut, aku merasa bahagia.
       Terlihat Ibu berdiri dari sofa yang ia duduki sebelumnya. Aku tersenyum manis padanya. Tiba-tiba ibu merobek brosur tersebut di depan wajahku.
"Ibu bener-bener ngga nyangka ya sama kamu. Baru sehari Ibu bolehin kamu buat keluar rumah, tapi kamu udah bertindak seperti ini. Kamu udah bohongin Ibu, bikin Ibu kecewa, udah bikin Ibu marah." Teriak Ibu di depanku.
"Aku udah bohongin Ibu apa?" tanyaku
"Kamu bilang ke ibu, kalo kamu mau keluar buat ketemu idola kamu itu. Tapi apa? Kamu malah ketemuan sama si Mentari kan?! anaknya jeng Bulan itu. Udah berapa kali ya Ibu bilang ke kamu. Jangan suka deket-deket sama dia. Dia itu ngasih pengaruh buruk buat kamu!!"