Aku mengambil handphone yang terletak di dalam laci lemariku. Menyalakannya dan segera menelpon Mentari.
"Halo?" suara mentari dari telpon.
"Mentari, aku udah beres les Nih. Hari ini jadi kan?" tanyaku dengan penuh semangat.
"Iya jadi." Jawabnya santai.
"Ahhh seneng banget." Ucapku
       Hanya dengan Mentari lah aku bisa sebahagia ini. Untuk saat ini, satu-satunya alasan mengapa aku bisa tersenyum adalah Mentari, bukanlah Ibu.
       Hari ini, aku akan pergi ke rumah Mentari. Disana akan datang sepupunya yang baru pulang dari Barcelona. Dia adalah seorang fotografer tingkat dunia. Siapa lagi kalo bukan Langit Malik Ibrahim.
       Sudah hampir 1 minggu Ibu tidak ada di rumah. Dia pergi ke Sydney untuk melakukan penelitian. Di rumah hanya ada aku, Pak Jaka (tukang kebun), Mba Darmi (ART), dan si orang baru, siapa lagi kalo bukan Dimas. Itulah sebabnya aku bisa dengan mudah pergi keluar dengan Mentari.  Â
"Rapih banget perasaan, mau kemana Wid?" Tanya Dimas.
"Bukan urusan kamu." Jawabku sinis.
"Aku anter ya?" Tanya Dimas sambil menghalangi jalanku.