Mohon tunggu...
Tias Anatasya
Tias Anatasya Mohon Tunggu... Lainnya - always be kind

menyiapkan diri menjadi Masa Depan Dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apakah Donald Trump Dapat Membalikkan Hasil Pemilu Amerika Serikat?

22 November 2020   16:16 Diperbarui: 22 November 2020   16:40 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemilihan umum presiden Amerika Serikat 2020 dilaksanakan pada selasa, 3 November 2020 dan merupakan pemilihan umum Presiden AS empat tahunan yang ke-59. Setelah 4 hari yang panjang dan menegangkan, pada 7 November 2020, jurnalis Wolf Blitzer dari CNN mengumumkan siapa pemenang Pemilu Amerika Serikat 2020, dan ternyata Joe Biden dari Partai Demokrat menjadi presiden AS selanjutnya menggantikan Donald Trump untuk periode 2020-2024.

Tetapi di satu sisi, Presiden Petahana Donald Trump, tak mau akui dirinya kalah dari rivalnya, Joe Biden. Dia mengatakan bahwa "Sejak Kapan Media Tetapkan Presiden Selanjutnya?". Trump juga terus membahas soal kecurangan pilpres dalam cuitan-cuitan Twitternya.

Sebelumnya perlu diketahui, di Amerika Serikat, meskipun dikatakan sebagai Negara Demokrasi No.1 di dunia, pemilunya tidak menganut pemilihan langsung atau bisa dikatakan dengan 1 orang 1 suara, tetapi jumlah suara pemilih akan menentukan kemana perwakilan suara Negara bagian tersebut mengarahkan dukungannya.

Misalnya seperti ini, paslon no.1 di Negara bagian A mendapat perolehan suara sebanyak 50 %, sedangkan paslon no.2 di negara bagian yang sama mendapat perolehan suara sebanyak 49%. Disini terlihat bahwa paslon no.1 persentase suaranya lebih banyak ketimbang paslon no.2. Maka, hasil yang didapat adalah di Negara bagian A, paslon no.1 mendapatkan 100% suara atau dengan kata lain di Negara bagian A paslon no.1 menang.

Perhitungan suara dengan cara ini sempat menguntungkan Donald Trump di pemilu tahun 2016, yang sebenarnya jika dihitung, lawannya memiliki 3 juta suara lebih banyak ketimbang Donald Trump. Tapi akhirnya, Donald Trump memenangkan pemilu 2016.

Di pemilu 2020, keberuntungan Trump di periode sebelumnya seolah tidak terjadi lagi. Karena faktanya, Biden resmi menembus suara minimal 270 di Dewan Elektoral, dan secara nasional memperoleh 78 juta suara, 5 juta lebih banyak dari perolehan Donald Trump.

Pada akhirnya masalah ini pun berakhir dengan penggugatan. Namun, Hakim di Pennsylvania menolak gugatan tim kampanye Donald Trump yang berusaha membatalkan jutaan suara yang masuk melalui sistem pemilihan via pos.

Apakah Donald Trump mampu membalikkan hasil pemilu AS? yang jelas-jelas gugatannya ditolak oleh Negara bagian yang telah mengesahkan kemenangan presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Biden, seperti Negara Bagian Georgia.

Trump sangat mengabaikan Demokrasi Dalam Pemilu AS 2020. Melihat Presiden Petahana Donald Trump menggambarkan situasi ini sebagai upaya demokrat untuk mencoba "mencuri" pemilu tanpa memberikan bukti. Hal ini seharusnya tidak mengejutkan, tetapi tetap saja mengesalkan.

Dalam pidatonya, Rabu 4 November 2020. Trump mengklaim dirinya memenangkan pemilu di beberapa Negara bagian yang pada saat itu sebenarnya belum ada cukup suara untuk menyatakan siapa yang menang.

Tindakannya menyebut proses perhitungan sebagai "penipuan besar" dan mengumumkan bahwa dia akan membawa masalah ini ke Makhamah Agung, menunjukkan pengabaian yang keterlaluan dalam demokrasi pada tahun pandemi 2020 ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun