Mohon tunggu...
Septia Nur Aini
Septia Nur Aini Mohon Tunggu... Guru - Ya Allah, mudahkanlah segala urusan kami.

Percayalah pada kemampuan dirimu!!!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Filosofi Pendidikan Nasional - Refleksi Pengalaman Bersekolah 1

20 Januari 2024   21:42 Diperbarui: 20 Januari 2024   21:44 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

  1. Pengalaman apa yang membuat Anda menjadi rindu bersekolah, atau, pengalaman apa yang membuat Anda kehilangan motivasi untuk bersekolah? (pilih salah satu)

Pengalaman yang membuat saya rindu ingin bersekolah lagi adalah di mana ketika saya merasakan bahwa bersekolah bukan hanya untuk mendapat ilmu namun juga untuk mendapatkan dan membentuk jati diri di saat saya berkumpul dengan teman-teman yang beragam, mulai dari sifat, hobi, cerita, latar belakang, selera humor, susah, dan senang. Sekolah bagi saya adalah tempat untuk mengekspresikan siapa sesungguhnya saya yang mungkin banyak ekspresi dan keinginan saya tidak bisa saya tunjukkan di lain tempat. Sekolah bagi saya adalah tempat untuk mengenal budi pekerti, cara bersosialisasi baik kepada sesama siswa maupun kepada guru dan karyawan. Beban terberat saya sebagai seorang pelajar yang pernah saya rasakan hanyalah ketika akan ada ujian baik itu ulangan harian maupun ujian seperti PTS, PAS dan UN, selain itu, pada saat itu saya masih belum merasakan beban yang lebih berat seperti mencari nafkah, membayar tagihan listrik, menyukupi persediaan sandang, pangan, dan papan, benar-benar hanya menjadi seorang anak yang pergi bersekolah dan bermain. Di situ lah ketika saya mengingat-ingatnya kembali, bila ada sebuah keajaiban, saya ingin kembali ke masa itu lagi. Pengalaman yang membuat saya kehilangan motivasi untuk bersekolah? Sepertinya itu tidak ada. Motivasi itu datangnya dari diri sendiri. Bila kecintaan kita terhadap pencarian ilmu sudah seperti kita bisa mencintai diri kita sendri, saya yakin bahwa tidak ada yang bisa menghalangi saya untuk meraih ilmu yang tak ada batasnya.

 

  1. Peristiwa apa yang membuat Anda merasa berkembang dan belajar sebagai seorang pembelajar?

Merasa berkembang dalam berpendidikan sama halnya seperti bermain sebuah gim yang ketika kita mengalahkan lawan kemudian kita naik level, memperoleh experience yang dapat meningkatkan kemampuan untuk menghadapi musuh yang lebih kuat lagi. Hal itu juga saya raskan ketika sedang menempa ilmu, dengan saya memahami dan menguasai suatu ilmu, saya merasa seperti naik level, merasa ada yang bertambah dari diri saya. Bagaimana saya bisa berkembang, semua itu berkat panduan dari guru-guru yang hebat, yang dapat menggunakan segala metode, bahkan yang di luar ekspektasi sehingga saya dapat cepat menangkap ilmu yang sedang diberikan. Metode dalam mengajar bukan satu-satunya cara, bagaimana seorang guru bisa mendekatkan diri dengan siswanya sehingga tercipta jalinan seakan-akan teman dengan teman atau orang tua dengan anak, di situ lah seorang guru akan memperoleh affection yang lebih mengena kepada siswanya.

 

  1. Siapa sosok guru yang menginspirasi Anda? 

Dari banyak guru yang saya temui dalam hidup saya, ada sekian banyak sosok yang menjadikan saya hingga seperti ini, namun sosok guru yang sangat berkenan bagi saya adalah ayah saya. Ayah saya merupakan seorang guru yang sangat berdedikasi terhadap pekerjaannya. Ayah saya mengawali karirnya dari bawah, yaitu sebagai guru honorer dan dapat meningkatkan derajatnya dengan menjadi guru PNS, kemudian setelah beberapa tahun mengabdi, ayah saya diangkat menjadi kepala sekolah di suatu SMP dan di akhir karirnya, ayah saya menjadi seorang pengawas hingga masa purnanya. Dari pengalaman beliaulah saya terinpirasi untuk try harder dan menjadikannya sebagai panutan dalam menuntut ilmu dan bekerja dalam dunia pendidikan.

 

  1. Apa pengalaman yang berkesan bersama guru tersebut?   

Saya tidak disekolahkan di instansi di mana ayah saya menjadi guru atau kepala sekolah, namun ayah saya juga mengajar mengaji di TPQ tempat saya belajar mengaji setiap sore sepulang sekolah dulu. Ayah saya memang sangat tegas sebagai seorang guru dan ustadz, beliau tidak memandang saya sebagai anak ketika sedang menjalani profesinya, saya diposisikan seperti santri lainnya yang mana sama-sama belajar mengaji, bila saya berbuat salah ya saya mendapat peringatan dan teguran yang sama seperti yang didapat santri lainnya. Tegas dan tekun adalah konsep yang dapatkan dari ayah saya dalam menjalani tugas saya dalam bidang pendidikan baik sebagai pelajar maupun sebagai pengajar.

 

  1. Pernahkah Anda menduplikasi atau mengadaptasi yang dilakukan oleh guru tersebut di kelas yang Anda ampu? Apa yang Anda lakukan?

Sebagai seorang pengajar, saya memiliki gaya mengajar saya sendiri dan berusaha tidak menjadi orang lain. Akan tetapi ada dalam beberapa hal saya menerapkan apa yang saya dapat dari ayah saya sebagai seorang guru ketika sedang menghadapi situasi belajar-mengajar. Ideal saya adalah jadilah di sendiri ketika sedang berhadapan dengan orang lain terutama ketika saya sebagai pengajar berhadapan dengan siswa yang saya ajar. Dengan menjadi diri sendiri, saya menjadi lebih bebas berekspresi dan menuangkan ide-ide unik untuk melakukan pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun