Mohon tunggu...
tias adhi
tias adhi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FDK UINSA Surabaya

menyukai diskusi agama, sosial, budaya dan politik

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

GASAK Bicara Mengejar Kroni-kroni Korup

28 Mei 2024   03:56 Diperbarui: 28 Mei 2024   04:10 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Demokratisasi adalah cita-cita yang berasal dari buah pikir para pakar ilmu politik yang banyak berseliweran dalam banyak literatur. Jika tidak mau disebut utopis, maka mewujudkannya butuh kerja keras, kebersamaan dan sekaligus semangat gotong royong tinggi. Berawal dari kesadaran untuk meningkatkan kualitas hidup, sehingga narasi kebangsaan dalam koridor demokratisasi adalah realistis.

Pemimpin yang dipercaya masyarakat adalah sosok penting untuk memastikan jalan menuju kesana dengan penuh rasa optimis dapat diraih. Artinya menuju kesana adalah realisasi dari cita-cita kebangsaan dalam konteks bernegara. Pemimpin memandu sehingga lahir buah baik dari usaha masyarakat untuk mewujud dalam atmosfer lingkungan di mana kita hidup. 

Demokrasi menemukan ruangnya ketika memaknainya mewujud dalam arikulasi sehari-hari. Hidup bukan lagi mengenai keegoisan dan ketamakan buntu. Hidup adalah jalan di mana iklim berdemokrasi adalah solusi hari ini dan masa depan bagi sekalian anak cucu kita bersama.

Iklim berdemokrasi sarat ditandai dengan: pertama, kran demokrasi sebagai jalan lugas bagi berekspresi dan berorganisasi. Hal tersebut akan melahirkan keterlibatan warga masyarakat dalam memastikan alur sistem berdemokrasi menemukan jalan keluarnya ketika dibenturkan pada situasi terjepit.  Kedua, perihal yang menyangkut hajat hidup orang banyak tidak lagi menjadi ruang sulit untuk masyarakat mendapatkan aksesnya, semisal pendidikan dan kesehatan. 

Bahwa negara yang maju dalam peradabannya ditandai dengan akses gratis atas keduanya, sehingga tidak ada lagi cerita orang kekurangan atau tidak bisa sekolah. Kekurangan dan ketidaksejahteraan kadang melahirkan kejahatan dan penyakit sosial lainnya. Jika hal demikian yang terjadi (kesulitan hidup melahirkan varian kejahatan dalam tubuh masyarakat) maka demokrasi kita adalah gagal.   

Ketiga, aspek hukum adalah modal penting dalam membangun eksistensi sosial yang berkeadilan, termasuk jika berbicara mengenai aspek ekonomi sebagai pondasi dalam membangun kesejahteraan. Keempat, faktor keamanan. Bahwa negara menjamin hal ini dengan perangkat pengaman semacam aparat kepolisian dan identitas ketahanan seperti tentara. Masyarakat mendapat jaminan dengan skema empat prasyarat iklim berdemokrasi seperti di atas.

Berbicara mengenai kejadian korupsi, tentunya ikhwal di mana ada celah yang luput dari mekanisme kita menata demokrasi. Sidoarjo hari ini menjadi pelajaran berharga bahwa problem korupsi adalah sejarah salah dari tradisi pemerintahan. Sidoarjo menjadi contoh bahwa kita masih kedodoran dalam usaha membangun iklim pemerintahan yang sesuai harapan dan cita-cita demokrasi. 

Pelajaran tersebut sekaligus menjadi contoh bahwa praktek kotor birokrasi pada saatnya akan dibongkar oleh masyarakat yang awas dan mawas. Tertangkapnya pelaku korupsi kemudian harus dihukum seberat-beratnya, sehingga berefek jera. Kroni-kroni korup yang masih berkeliaran bebas akan ada saatnya harus menyerah pada  kejaran hukum. Mereka (para kroni) harus menjemput kemiskinan bersama patronnya.  

Demokrasi akan terus berevolusi menemukan jalan kebenaran dalam dinamikanya. Masyarakat yang awas dan mawas menjelmakan dirinya sebagai sebuah gerakan sosial yang mau tahu. Pejabat dan pemimpin daerah tidak lagi memiliki ruang totaliter untuk membungkam gelombang interupsi ketika ada khilaf terstruktur di sana. Sudah final jika persoalan korupsi adalah musuh bersama, dan pelaku korupsi adalah musuh yang harus dihabisi rantai distribusinya. Kroni-kroninya harus ditekuk hingga mendekam dalam dinginnya sel penjara.

Masyarakat yang menang adalah masyarakat yang dapat menghukum tiran korup sekalipun berparas agama sebagai topeng yang mengelabui. Ketegasan masyarakat yang berkolaborasi dengan mekanisme hukum berkeadilan adalah implementasi makna bahwa demokrasi kita benar-benar dijaga dan dirawat. Salah satu yang harus ditempuh sebagai cara-cara kita berdemokrasi adalah memastikan peradaban dibangun atas nama pemerintahan bersih anti korupsi dan anti suap. Masyarakat adalah penguasa sebenarnya dari sistim sosial politik hari ini. Wallahu A'lam Bisshowaab.

Penulis:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun