Perkembangan teknologi merubah pola hidup masyarakat menjadi lebih praktis dan lebih efisien. Mereka dituntut untuk lebih adaptif, terhubung, dan produktif. Salah satu perubahan yang dirasakan masyarakat yaitu di bidang keuangan. Saat ini perbankan di Indonesia mulai menawarkan aplikasi keuangan digital untuk memudahkan masyarakat dalam mengelola keuangannya. Selain itu, e-commerce menjadi salah satu pendorong utama transformasi keuangan digital. Ini menyebabkan kenyamanan dan kebiasaan bagi masyarakat untuk menggunakan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, yang menjadi perhatian di sini adalah pemanfaatan aplikasi keuangan digital yang kurang efisien. Terlebih lagi, saat ini banyak masyarakat yang terlibat dalam pinjaman online atau pinjol. Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi dalam episode pertama podcast “Money Honey” pada 2 Maret 2023, mengungkapkan, “Tingkat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia meningkat selama tiga tahun. dimana tingkat literasi keuangan meningkat dari 38% menjadi 49%, sedangkan inklusi keuangan meningkat dari 76% menjadi 85%.”
Dengan kata lain, mayoritas masyarakat Indonesia menggunakan aplikasi keuangan digital tanpa pemahaman yang memadai. Hal ini bisa disebabkan karena kemudahan akses yang diberikan sehingga menggoda mereka untuk mencoba tanpa pemahaman yang cukup. Saat ini juga banyak penyedia aplikasi keuangan digital yang menggunakan strategi pemasaran yang agresif untuk menarik minat masyarakat. Ini dapat mendorong mereka untuk mencobanya tanpa memahami secara mendalam apa yang mereka lakukan.
Penyebab lainnya adalah banyak orang yang memiliki akses terbatas terhadap pendidikan keuangan yang mencangkup pemahaman mendalam tentang aplikasi keuangan digital sehingga mengakibatkan mereka kurang siap dalam menggunakannya. Menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022, menyajikan data bahwa literasi keuangan masyarakat Indonesia telah meningkat 11,65% dibandingkan tahun 2019. Meskipun terjadi peningkatan, tingkat literasi keuangan masih berada dibawah 60% yang menandakan bahwa masih ada tantangan signifikan dalam meningkatkan pemahaman masyarakat terkait masalah keuangan. Apa yang sudah dilakukan OJK untuk mengatasi gap ini?
OJK secara gencar melakukan sosialisasi terkait peningkatan literasi digital bagi mahasiswa, salah satunya program Digital Financial Literacy (DFL) yang dilakukan di Banjarmasin. Program ini disajikan dalam bentuk buku elektronik, modul sosialisasi, smart games, dan video animasi agar lebih menarik. Disamping itu, OJK juga terus berkomitmen untuk meningkatkan literasi keuangan melalui program yang inovatif bagi generasi muda dan kerja sama dengan lembaga internasional, termasuk Penyelenggara Financial Technology.
Terlepas dari program tersebut, OJK harus terus mengingatkan Financial Technology (Fintech) untuk menerapkan prinsip perlindungan konsumen. Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 6/POJK.07/2022 tentang Perlindungan Konsumen dan Masyarakat di Sektor Jasa Keuangan, ada beberapa substansi yang diberikan antara lain, penguatan peraturan produk, melaksanakan edukasi yang memadai, transparansi, perlindungan informasi dan data konsumen, memberikan waktu berpikir sebelum melakukan perjanjian produk, merekam penawaran produk jika dilakukan secara digital, penegasan kewenangan OJK, wajib membentuk unit khusus perlindungan konsumen, dan terakhir wajib melaporkan kepada OJK terkait pemenuhan perlindungan konsumen.
Apa yang dilakukan oleh OJK juga harus diikuti dengan kesadaran, kemauan, dan partisipasi aktif masyarakat. Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk memahami dan mengelola keuangannya sendiri. Mereka harus memahami konsep dasar keuangan untuk menghindari utang berlebihan atau pinjamanan online, memaksimalkan tabungan, dan membuat investasi yang cerdas. Setelah itu, perlu memastikan bahwa penggunaan aplikasi tersebut sesuai dengan pengetahuan literasi keuangan yang dimiliki. Satu hal yang perlu diingat yaitu selalu pertimbangkan apa yang paling sesuai dengan tujuan dan situasi keuangan sebelum memutuskan untuk mengunduh dan menggunakan aplikasi tertentu.
Memperhatikan keamanan digital juga sangat penting dalam dunia yang semakin terhubung saat ini, terutama dalam konteks literasi keuangan, misalnya dengan mengamankan informasi pribadi, hindari penggunaan kata sandi yang mudah ditebak, dan aktifkan autentikasi dua faktor (2FA) agar lebih aman. Mereka juga dapat mengintegrasikan literasi keuangan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikannya sebagai kebiasaan. Dengan pemahaman literasi keuangan digital yang kuat memungkinkan masyarakat lebih mudah dalam menghadapi tantangan keuangan modern dengan memaksimalkan peluang yang ada di era serba digital sekarang ini. Oleh karena itu, peningkatan literasi keuangan digital adalah langkah penting dalam menciptakan masa depan keuangan yang cemerlang dan aman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H