Goa Kreo berasal dari nama “mangreho” yang berati penjaga.Konon, Goa Kreo merupakan petilasan Sunan kalijaga saat mencari kayu untuk membangun Masjid Agung Demak. Dikisahkan pada abat ke-15 Sunan Kalijaga sedang mencari kayu untuk membangun Masjid Agung Demak. Pada saat ingin mengambil kayu, kayu tersebut kabur dan pada saat itu datanglah empat ekor kera dengan buntut Panjang yang memiliki warna yang berbeda, keempat kera tersebut membantu Sunan Kalijaga untuk mengambil kayu tersebut. Sebagai rasa terimakasih, Sunan Kalijaga memberikan Kawasan hutan di Goa Kreo sebagai tempat tinggal para kera tersebut. Masyarakat sekitar sering melakukan acara Rewanda, yaitu acara tradisional yang dilakukan sebagai bentuk dari hasil rasa Syukur dan mengasihi makhluk hidup dengan memberikan hasil bumi atau makanan untuk kera yang terdapat dikawasan itu.
Sejumlah masyarakat menampilkan sebuah pagelaran seni yang diadakan setiap tahun sebagai tradisi. Selain itu acara tersebut bertujuan untuk menarik minat pengunjung untuk mengunjungi objek wisata Goa Kreo, isi dari pementasan Mahakarya Legenda Goa Kreo adalah cerita tentang Sunan Kalijaga dan keempat kera ekor Panjang.
Dari adanya tempat wisata mempengaruhi beberapa aspek di lingkungan sekitar. Pengembangan wisata Goa Kreo secara tidak langsung telah mengubah mata pencaharian masyarakat. Dengan adanya Lokasi Goa Kreo memunculkan peluang terciptanya lapangan pekerjaan baru yang lebih beragam. Penduduk di sekitar kawasan Goa Kreo yang dulunya berkerja sebagai petani dan buruh sekarng mempunyai alternatif profesi lain untuk mendapatkan penghasilan seperti pedagang makanan dan minuman, cenderamata, serta penyedia lahan parkir kendaraan pengunjung di wisata Goa Kreo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H