Peran perawat profesional untuk mewujudkan pembangunan kesehatan sangat diperlukan. Terdapat perbedaan perspektif mengenai makna profesionalisme antara masyarakat dan perawat. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan pentingnya peran perawat profesional, nilai profesionalisme yang harus dipenuhi perawat, dan perbedaan perspektif profesionalisme perawat antara masyarakat dan perawat. Penulisan berdasarkan hasil literatur dari jurnal dan e-book. Hasil menunjukkan perspektif masyarakat mengenai profesionalisme perawat ditandai dengan dominannya perilaku perawat yang menunjukkan sikap caring dan penuh kasih sayang dalam melakukan asuhan keperawatan. Untuk ke depannya perawat perlu lebih memperhatikan dan menerapkan nilai-nilai profesionalisme agar kualitas pelayanan keperawatan profesional dapat ditingkatkan.
Kata Kunci: masyarakat, perawat, perspektif, profesionalisme.
Kesehatan adalah kebutuhan pokok manusia yang wajib terpenuhi untuk memperbaiki dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat semaksimal mungkin. Sehat menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan adalah keadaan yang sempurna baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU 36 Tahun 2009 Kesehatan, 2009). Sebagai sebuah profesi, perawat harus berperan demi mencapai tujuan pembangunan kesehatan di dunia ataupun di Indonesia. Hal tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, perawat memiliki segudang tantangan terhadap masalah kesehatan yang semakin kompleks. Perawat diminta untuk menguasai skills yang sesuai dengan kompetensi seorang perawat profesional. Dengan demikian, peran perawat profesional untuk mewujudkan pembangunan kesehatan sangat diperlukan.
Sebelum mengkaji lebih dalam, kita harus mencari tau lebih dulu apa itu profesionalisme secara umum. Menurut KBBI, kata profesional diartikan sebagai seseorang yang memenuhi suatu kualifikasi tertentu dalam profesi yang dijalankannya (KBBI, n.d.). Dapat dikatakan bahwa perawat profesional adalah seseorang yang telah memenuhi kualifikasi serta kompetensi tertentu untuk menjadi seorang perawat yang sesuai dengan kompetensi dan kriteria yang berlaku. Terdapat enam aspek nilai profesionalisme dalam keperawatan yang harus dipenuhi untuk dapat menjadi perawat yang profesional.Â
Keenam nilai tersebut, yaitu aesthetic (mengatur bagaimana cara perawat berpenampilan), altruism (sikap kepedulian perawat dengan memaksimalkan pemberian caring yang sesuai), autonomy (hak klien memilih dan memutuskan dengan memberikan informasi secara terbuka mengenai kondisi klien dan rencana tindak lanjutnya), human dignity (sikap perawat menghargai dengan menjaga privacy klien), integrity (tindakan perawat mengacu pada standar praktik yang tetapkan serta kode etik), dan social justice (perawat berlaku secara adil tanpa membeda-bedakan klien) (Berman et al., 2022).
Ditemukan perbedaan perspektif mengenai makna profesionalisme antara masyarakat dan perawat. Profesionalisme menurut pandangan perawat adalah dengan melakukan kegiatan mengacu pada kewajiban dan fungsi perawat (Firmansyah et al., 2019). Hal ini ditunjukkan dalam beberapa penelitian di mana perawat memiliki peran dalam proses penyembuhan klien. Profesionalisme perawat tentunya akan berdampak pada kualitas pelayanan keperawatan dan rasa puas klien (Kusminarti, 2013).Â
Masyarakat mengharapkan sikap profesional dari tenaga kesehatan yang salah satunya adalah perawat. Namun, kenyataannya masih banyak keluhan di masyarakat, baik klien maupun keluarga klien terhadap kualitas pelayanan di rumah sakit. Inilah yang membuat stigma negatif perawat di masyarakat. Perawat sering terdengar buruk di media massa. Berbagai keluhan mengenai tindakan dan sikap perawat yang mengecewakan, seperti jutek, galak, tidak menerapkan caring, kurang tanggap, kurang terampil, dan lainnya. Dari pernyataan tersebut, dapat menunjukkan bahwa profesionalisme perawat sangat dibutuhkan oleh klien, keluarga klien, dan masyarakat.
Perawat menganggap profesional adalah ketika ia melaksanakan kegiatan sesuai dengan kewajiban dan fungsi perawat. Sedangkan menurut masyarakat, perawat yang profesional adalah perawat yang lebih mengutamakan kepedulian dan kasih sayang dibandingkan kecerdasan dan keterampilan.Â
Klien, keluarga klien, dan masyarakat menganggap perawat profesional ketika mereka peduli dengan memfasilitasi keluarga untuk menjenguk orang yang sakit. Peraturan rumah sakit bertentangan dengan hal ini. Rumah sakit pada umumnya membatasi keluarga untuk menjenguk. Keluarga klien memaknai perawat profesional dengan perlakuan perawat yang dapat memberikan waktu atau sesi yang lebih lama kepada keluarga untuk menjenguk (Mulyadi & Hannan, 2015).
Pada dasarnya pelayanan keperawatan yang baik dan berkualitas berkiblat pada bio-psiko-sosio dan spiritual seseorang. Seorang perawat harus mampu memenuhi kebutuhan biologi klien. Kebutuhan yang dimaksud adalah 14 kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Henderson.Â
Contohnya kebutuhan bernapas dengan normal, makan dan minum, eliminasi, istirahat dan tidur, dan sebagainya. Perawat juga harus membantu klien dalam aspek psikologi, seperti ansietas klien terhadap penyakit yang dimilikinya. Perawat yang profesional juga membantu klien dengan mengenal lingkungan sekitar untuk mengurangi dampak hospitalisasi. Selain itu, perawat juga membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sesuai dengan kepercayaannya (Potter et al., 2017).