Bagiku, engkau adalah rangkuman alam raya.
Yang mengajariku tentang tawa dan luka.
Mengajakku mengangkasa lalu hilang seketika.
Sebelum kaki ini sempat menapak bentala.
Sosok mu masih terasa hadir di sisi.
Dalam mimpi kau berjanji takkan pernah pergi.
lalu aku terbangun dengan setengah membenci.
Garis hidup yang tanpa peringatan terhenti.
Mungkin bagimu terlalu kecil bumi kita.
Hingga mencari dunia yang lebih besar untuk berkelana.
Kau berkata bahwa tanpamu hidup akan baik-baik saja.
Namun bolehkah sekali ini aku nelangsa?
dan aku menabur bunga di atas pusaramu.
dan aku memunguti serpihan hati.
dan aku tersenyum menatap warisanmu.
dan engkau selalu yang terindah.
kemarin
kini dan nanti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H