Mohon tunggu...
Tiara Melv
Tiara Melv Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - a dreamer

who's currently trying to be a girl I'm proud of.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Membangun Kesehatan Desa : Upaya Edukasi Hipertensi Melalui Kegiatan PMM Universitas Muhammadiyah Malang

19 September 2023   08:41 Diperbarui: 21 September 2023   06:25 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
flyer edukasi yang diberikan kepada lansia, dok. pribadi

Hipertensi merupakan keadaan di mana tekanan darah sistolik dan diastolik seseorang melebihi angka normal, yaitu 140/90mmHg.

Ayo kita bahas sedikit tentang tekanan darah. Tekanan darah diukur dengan dua angka; satu angka berasal dari tekanan darah sistolik dan angka lainnya berasal dari tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik itu dihasilkan dari arteri ketika jantung berdetak, sedangkan angka yang di bawah atau diastolik berasal dari arteri di antara detak satu dengan yang lain (saat istirahat). Organisasi kesehatan dunia (WHO) menetapkan tekanan darah normal berada di angka 120/80, sementara mulai dikatakan hipertensi ketika tekanan darah mencapai 140/90mmHg. 

Hipertensi dapat menyerang siapa pun. Namun, 45,3% dari populasi penderita hipertensi di Indonesia berusia 40-54 tahun dan 55,2% pada usia 55-64 tahun sehingga dinilai lebih berisiko (Riskesdas 2018). Sementara itu, secara global, perempuan yang menderita hipertensi lebih banyak daripada laki-laki, mencapai 59% dari total populasi. 

Hipertensi adalah penyakit berbahaya.

Alasan mengapa hipertensi berbahaya adalah karena penyakit ini faktor risiko dari penyakit kardiovaskular, seperti penyakit arteri koroner, gagal jantung kongesti, fibrilasi atrium, penyakit arteri perifer, aneurisme aorta, juga stroke. Selain itu, hipertensi dapat mengganggu fungsi organ lain seperti ginjal, otak, dan mata. Angka kematian yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi secara global menyentuh 9,4 milyar jiwa. 

Alasan lain adalah karena sering kali hipertensi tidak menunjukkan gejala apa pun pada penderitanya. Oleh karena itu, penyakit ini biasa dijuluki the silent killer. Sejalan dengan itu, julukan lain untuk hipertensi adalah neglected disease, yaitu penyakit yang acap kali dikesampingkan bahayanya meskipun mudah untuk dicegah, mudah untuk didiagnosis, dan relatif murah untuk diobati.

Pada individu berusia 40-70 tahun, kenaikan 20 mmHg pada tekanan darah sistolik dan 10 mmHg pada diastolik meningkatkan risiko terpapar penyakit kardiovaskular sebanyak dua kali lipat.

Kendati demikian, seperti yang disebutkan di atas, secara global hanya 47% perempuan dan 37% laki-laki dari total populasi penderita hipertensi yang sadar akan kondisinya dan diobati. Di Indonesia, terjadi kejadian serupa. Sebanyak 13,3% persen populasi hipertensi di Indonesia tidak minum obat dan 32,3% tidak rutin minum obat. Alasannya beragam, seperti merasa sudah sehat sebanyak 59,8%, sering lupa sebanyak 11,5%, dan lainnya termasuk tidak teredukasi dengan baik sebesar 12,5% (Riskesdas 2018).

Riau menempati posisi keempat dengan jumlah penderita hipertensi terbanyak di pulau Sumatra, di bawah Lampung, Bangka Belitung, dan Sumatera Utara, sebesar 29,1%.

Karena alasan yang telah dipaparkan, penulis memilih salah satu desa di Riau untuk dijadikan sasaran program pengabdian masyarakat yang menjadi sarat kelulusan bagi mahasiswa S1. Program edukasi yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya hipertensi dan untuk mengaplikasikan hirilisasi hasil penelitian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun