Mohon tunggu...
Destiara Laoli
Destiara Laoli Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Mahasiswa komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Artikel Populer Kesehatan: Menyikap Tirai Positivitas Berlebih, Memahami Bahaya dan Dampak Toxic Positivity dalam Keseharian

24 Januari 2024   05:50 Diperbarui: 24 Januari 2024   07:55 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dalam keadaan sedang kacau, sedih, banyak masalah, kita akan memilih untuk berbagi cerita bersama orang lain. Seringkali, setelah kita melakukan hal tersebut, harusnya kita menjadi lebih semangat karena merasa beban yang kita miliki sedikit berkurang karena telah kita ceritakan kepada orang lain. Sering kali kita akan menerima kata kata ini : 

" Udah jangan dipikirin terus, masih banyak kok orang lain diluar sana yang masalahnya lebih berat dari kamu seharusnya kamu lebih bersyukur". 

" Banyak loh yang pengen di posisi kamu, tapi mereka ga punya kesempatan", "sabar ya", "stay positif aja", "ntar juga lupa",  atau kadang kita akan menyuruh orang tersebut untuk memendam perasaan yang dia miliki. 

Apa itu Toxic Positivity?

Toxic positivity adalah  kondisi ketika seseorang menuntut dirinya sendiri atau orang lain untuk selalu berpikir dan bersikap positif serta menolak emosi negatif. Lalu apakah salah jika kita selalu ingin melihat segala sesuatu itu baik? Jawabannya  tidak salah selama kita tidak menolak atau menghindari emosi negatif yang ada dalam diri kita. Karena jika terus melakukan hal tersebut maka itu akan berdampak pada kesehatan mental kita. Karena sebenarnya berpikir positif itu bukan sesuatu hal yang mudah. Dan perasaan perasaan negatif yang kita rasakan itu tidak selamanya buruk. 

Menurut psikologi justru ketika mengeluarkan emosi negatif seperti marah, menangis dan sebagainya hal tersebut dibutuhkan oleh manusia untuk menjadi lebih kenal dan jujur terhadap perasaannya serta mengenali apa yang sebenarnya terjadi dan terbaik untuk dirinya sendiri. Sayang banget kan,  jika seharusnya kita bisa belajar dari masalah kita, bisa grow up malah kita terjebak dengan pikiran pikiran positif yang sebenarnya semu atau pura pura bahkan tidak menyelesaikan masalah sama sekali. 

Penting untuk diingat bahwa berpikir positif pada dasarnya adalah hal yang baik, tetapi ketika digunakan sebagai alat untuk mengabaikan atau menolak perasaan negatif, itu dapat menjadi tidak sehat. Seharusnya kita diizinkan untuk mengakui dan mengatasi emosi negatif dengan sehat, daripada mengabaikannya sepenuhnya.

Lalu apa sebenarnya yang menyebabkan timbulnya toxic positivity dalam kehidupan seseorang? 

  1. Tekanan Sosial: Masyarakat seringkali memberikan tekanan untuk selalu bersikap positif dan bahagia. Orang yang merasa perlu memenuhi harapan ini dapat terjerumus ke dalam perilaku toxic positivity.

  2. Ketakutan terhadap konfrontasi emosiona, beberapa orang tidak nyaman dengan emosi negatif, dengan diri sendiri ataupun orang lain. Mereka mungkin berusaha untuk menghindari atau menolak emosi tersebut, menciptakan lingkungan yang memicu toxic positivity.

  3. Kurangnya pemahaman tentang kesehatan mental, beberapa orang mungkin kurang memahami kompleksitas kesehatan mental dan menganggap bahwa bersikap positif adalah solusi tunggal untuk mengatasi masalah.

  4. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Healthy Selengkapnya
    Lihat Healthy Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun