Mohon tunggu...
Tiara Ichada
Tiara Ichada Mohon Tunggu... Masinis - Ada

Jadikan sesuatu sebagai motivasi diri

Selanjutnya

Tutup

Money

Pengaruh Kinerja Pasar Uang dalam Perekonomian akibat Wabah Covid-19

13 Mei 2020   19:26 Diperbarui: 13 Mei 2020   19:26 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati  mengatakan mengatasi dampak ekonomi dari virus corona bakal lebih rumit ketimbang krisis ekonomi global 2008-2009. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi 2020 diperkirakan melambat menjadi dibawah 5%. Menkeu mengasumsikan, meski belum mengumumkan secara resmi, bahwa ekonomi Indonesia bisa terkena dampak dari perlambatan global menjadi di kisaran 4,7%. Yang menarik kondisi disaat ini adalah inflasi per Februari 2020 masih sangat rendah, di 3,02 persen secara tahunan. Angka ini jauh dibandingkan inflasi 2008 yang mencapai 12,14 persen dan 82,4 persen di 1998.

Memang rupiah saat ini sudah mulai melemah terhadap dollar Amerika Serikat mencapai Rp 14.818 per U$$ pada 16 maret 2020. Namun, dilihat secara year to date (sejak awal tahun), depresiasi rupiah baru mencapai 6 persen. Angka ini jauh dibandingkan depresiasi pada tahun 2008 yang mencapai 34,86 persen dan 197 persen 1998. Menurut data otoritas jasa keuangan, rasio kredit bermasalah per Februari 2020 masih terjaga 2,70 persen, lebih rendah dibandingkan dengan kondisi di 2008 yang mencapai 3,8 persen dan jauh dibawah 1998 yang mencapai 30 persen.

Dalam kondisi ini,sebagian investor ada yang panik dan melakukan aksi jual di pasar saham, dan investasi berbasis saham seperti reksadana saham. Bila investor mencairkan investasis di reksadana, tentu saja mereka langsung merelealisasikan kerugian. Chief Research and Business Development Officer Bareksa, Ni Putu Kurniasari menilai kondisi pasar yang sedang turun saat ini bisa menjadi kesempatan untuk membeli reksadana di harga murah. Khusus untuk masyarakat yang ingin menghindari resiko, reksada pasar unga bisa dipilih “ Reksadan syariah jenis pasar uang yang stabil untuk pemula dan investor yang ingin menaruh dana jangka pendek”

Dari sisi cadangan devisa, saat ini Indonesia memiliki U$$ 130,4 miliar per Februari 2020. Sementara utang luar negeri mencapai U$$ 410,8 miliar. Rasio utang luar negeri terhadap cadangan devisa mencapai 3,15 kali, tidak jauh berbeda dibandingkan 2008, tidak jauh berbeda dibandingkan 2008, tetapi jauh lebih rendah dibandingkan pada 1998. 

Saat ini, para bank sentral sudah mencapai batas penurunan suku bunga. Sebab, sebelum krisis terjadi, tren suku bunga sudah sangat rendah sehingga para bank sentral tidak bisa menggunakan alat yang sama untuk mengatasi krisis seperti 2008.

Setelah berhasil mencatatkan pertumbuhan paling tinggi di bulan Februari, para Manajer Investasi optimis reksadana pasar uang akan memiliki prospek yang baik hingga akhir tahun nanti.  Merujuk data Infovesta, 90 Money Market Fund Indeks yang merupakan indeks pasar uang berhasil tumbuh 0,41% secara bulanan. 

Head of Investment Avrist Asset Manajement Farash Farich mengaku pasar reksadana uang punya peluang yang bagus kedepannya. Terlebih selama sentimen virus corona masih menghantui pasar aset berisiko. “ jika sentimen corona belum usai, nilai reksadana pasar uang  tetap stabil, khususnya yang mayoritas fortopolionya deposito. Oleh sebab itu kedepannya akan tetap difokuskan versifikasi fortopolio di berbagai bank dengan fundamental baik”
 

Selain itu, farash menilai peluang untuk pasar uang juga akan datang dari para investor yang perlu melakukan switching dari reksadana saham dan pendapatan tetap. Meski begitu bunga deposito bisa jadi makin turun, reksadana pasar uang akan diuntungkan dengan tidak adanya risiko volatilitas.  

Hal tersebut juga dapat menambahkan, reksadana pasar uang bisa menjadi first entry bagi investor pemula. “Guna mempertahankan kinerja kami yang sejauh ini sudah positif , kami  masih akan memfokuskan untuk memilih corporate bonds denga peringkat A dan bukan dari sektor keuangan sebagai racikan portofolio. 

Dan disarankan bagi para investor agar dapat tertarik dengan reksadana pasar uang bisa memilih reksadana yang kinerjanya mampu mengalahkan bunga deposito di atas inflasi dan BI rate. Fahrast juga merekomendasikan reksadana pasar uang  dijadikan sebagai kebutuhan jangka pendek. Juga untuk investor yang memiliki toleransi rendah terhadap fluktuasi nilai investasi. Fahrast memproyeksikan hingga akhir tahun nanti imbal hasil reksadana pasar uang akan mencapai sekitar 5,3%-5.5% net untuk investor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun