Mohon tunggu...
Tia Rahmandani
Tia Rahmandani Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Hobi menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Kesenian Ebeg Atau Kuda Lumping

13 September 2024   08:50 Diperbarui: 13 September 2024   08:53 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

    Banyak sekali desa-desa di Indonesia dengan berbagai warisan budaya yang menarik untuk dijelajahi. Salah satunya yang menarik perhatian kali ini yaitu sejarah kesenian ebeg atau kuda lumping. Dalam budaya tradisional Jawa, kuda lumping bukan hanya sekedar hiburan, tetapi juga memiliki makna dan nilai-nilai yang dalam bagi masyarakat. 

Sejarah ebeg atau kuda lumping ini memeiliki pesona yang menakjubkan, sebuah warisan yang hingga detik ini masih eksis di kehidupan masyarakat untuk mengisi acara-acara tertentu. Nilai-nilai sejarah kesenian ebeg atau kuda lumping ini diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan mengenal sejarah kesenian ebeg atau kuda lumping ini tentunya menambah wawasan kita tentang budaya yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Sumber gambar:visitjawatengah.
Sumber gambar:visitjawatengah.

    Sejarah kesenian ebeg atau kuda lumping yang biasanya disebut dengan jaran kepang, adalah salah satu seni pertunjukan tradisional yang berasal dari masyarakat Jawa khususnya daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pertunjukan kesenian ini melibatkan penari dengan menggunakan anyaman bambu yang berbentuk kuda, penari juga berdandan mencolok seperti yang ada di gambar. 

Asal usulnya terkait dengan praktik spiritual dan kepercayaan animisme yang mengaitkan penari dengan roh atau kekuatan gaib. Kesenian kuda lumping tidak hanya melibatkan penari yang menggunakan anyaman bambu berbentuk kuda, tetapi juga disertai dengan nyanyian, musik gamelan, dan gerakan-gerakan yang dramatis. 

Para penari yang menggunakan anyaman bambu berbentuk kuda melompat-lompat dengan lincah mengikuti iringan musik. Salah satu warga berkata, "Tradisi kuda lumping ini sangat penting bagi kita khususnya masyarakat Jawa, tradisi kuda lumping adalah indentitas budaya kita dan cara untuk mempererat persatuan masyarakat di daerah sekitar ataupun luar daerah".

   Keunikan dari kesenian ebeg atau kuda lumping ini yang paling menonjol yakni hadirnya aksi kesurupan yang ditonton secara  bebas dengan pengendalian seorang pawing, aksi lainnya yaitu atraksi kekuatan magis, badan kebal, makan beling dan lain sebagainya. Mari kita lestarikan dengan cara mengenalkan kesenian ebeg atau kuda lumping ini kepada generasi yang akan datang. kegiatan-kegiatan kesenian ebeg atau kuda lumping ini harus tetap di pertunjukan kepada masyarakat agar tetap berkembang di tengah modernisasi zaman ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun