gen z : apakah trend kerja hybrid akan selalu menjadi pilihan?
Budaya kerja
Di tengah dunia kerja yang terus berubah, generasi muda, terutama Gen Z, menjadi perbincangan hangat. Sejak pandemi COVID-19, gaya kerja hybrid semakin diterima, bahkan mendominasi berbagai sektor. Tapi, apakah tren ini hanya sesaat, atau benar-benar akan menjadi norma baru?
Di antara banyak generasi, Gen Z adalah kelompok yang paling mendukung fleksibilitas. Mereka adalah generasi yang tumbuh dengan internet, media sosial, dan teknologi. Bagi mereka, ruang kerja tidak harus dibatasi oleh kantor fisik. Laporan dari LinkedIn menunjukkan bahwa lebih dari 70% Gen Z menganggap fleksibilitas lokasi kerja sebagai salah satu faktor utama saat memilih pekerjaan.
Namun, tak sedikit yang mulai merasakan sisi lain dari bekerja remote (hybrid). Meski Gen Z dikenal sebagai generasi yang mudah beradaptasi dengan teknologi, mereka juga menghadapi tantangan unik, seperti perasaan terisolasi dan hilangnya interaksi langsung dengan rekan kerja.
Para ahli memperkirakan tren ini akan tetap ada, tetapi dalam bentuk hybrid. "Gen Z menginginkan keseimbangan antara kebebasan dan keterhubungan," ujar Dr. Satria, seorang psikolog kerja di Universitas Indonesia. "Di masa depan, perusahaan mungkin akan lebih fleksibel, menggabungkan kerja remote dengan beberapa hari kerja di kantor untuk mengatasi kebosanan dan meningkatkan kolaborasi."
Dari sisi perusahaan, adopsi model kerja hybrid bisa menjadi solusi menarik. Selain bisa mengurangi biaya operasional, fleksibilitas ini juga meningkatkan produktivitas karyawan. Namun, untuk menerapkan sistem ini secara efektif, perusahaan perlu memastikan karyawan tetap merasa terhubung dan memiliki kesempatan berkembang, tanpa kehilangan budaya perusahaan.
Beberapa perusahaan besar di Indonesia, seperti Telkom Indonesia dan GoTo, telah mulai mengimplementasikan kebijakan hybrid ini. Telkom Indonesia, misalnya, memungkinkan sebagian besar karyawannya bekerja dari rumah selama tiga hari dalam seminggu. Sementara itu, GoTo mengembangkan aplikasi internal untuk memastikan komunikasi dan kolaborasi tetap berjalan lancar di antara tim yang tersebar.
Apakah tren kerja hybrid akan terus mendominasi? Untuk saat ini, jawabannya mungkin ya. Namun, seiring berjalannya waktu, kita bisa melihat kombinasi fleksibilitas dan interaksi langsung yang dirancang agar generasi muda tetap nyaman dan produktif.
Dalam 5-10 tahun ke depan, cara Gen Z bekerja kemungkinan akan menciptakan standar baru di dunia kerja. Perubahan ini tidak hanya menguntungkan mereka, tapi juga membuka jalan bagi generasi mendatang untuk memiliki kebebasan yang sama. Bagi Gen Z, kerja remote bukan hanya tren -- ini adalah bagian dari identitas mereka yang sangat menghargai keseimbangan hidup, kreativitas, dan kebebasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H