Lawang -- Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) digadang sebagai salah satu pilar perekonomian nasional. UMKM merupakan wujud yang baik dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan yang dapat direncanakan baik oleh pemerintah, pihak swasta, maupun pelaku usaha perorangan. Dengan adanya UMKM suatu daerah juga dapat menciptakan produk kreatif yang dapat dikenal dan memberikan peluang bisnis bagi pelaku usaha di daerah tersebut. Selain itu, UMKM juga dapat menunjukkan ciri khas atau mem-branding citra pada masing-masing daerah.
UMKM sendiri bukanlah suatu hal yang baru, dengan adanya kemajuan teknologi dan informasi menjadikan pertumbuhan UMKM sendiri sangat pesat. Tak terkecuali di Desa Mulyoarjo, Kecamatan Lawang.
Munculnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Desa Mulyoarjo menjadikan salah satu wadah pekerjaan yang perlu dikembangkan lagi. Hal ini dikarenakan potensi yang ada pada desa tersebut bisa dijadikan sebagai peluang UMKM baru. Yang menarik disini adalah pada Desa Mulyoarjo, banyak sekali produk rumahan yang terkesan sederhana namun lumayan laku di pasaran lokal. Kami dari kelompok KKM-Reguler 93 UIN Malang telah melakukan survei pada beberapa UMKM di Desa Mulyoarjo, dan menemukan fakta menarik tersebut.
Walaupun masih kurangnya media untuk promosi atau bahkan sekedar mem-branding produknya, produk yang dihasilkan oleh UMKM di Desa Mulyoarjo diminati oleh masyarakat. Hal ini bisa menjadi sebuah modal yang nantinya dengan penambahan atau upgrading dalam segi promosi dan pemasaran, sehingga nantinya mampu membuat UMKM di Desa ini berkembang dengan pesat.
Ada dua UMKM yang kami datangi, yaitu usaha pembuatan keripik pisang dan keripik tempe sagu. Dua UMKM tersebut dijalankan oleh salah dua warga lokal Desa Mulyoarjo sendiri. Kami juga sedikit mengulik pembuatan daripada kedua usaha tersebut. Mungkin akan kami sertakan juga penjelasan terkait keduanya.
Pertama, kami datang langsung ke tempat pembuatan keripik tempe sagu. Usaha ini dijalankan oleh Pak Bambang, yang kebetulan beliau juga merupakan kepala dusun Pakutukan. Dari beliau juga kami mengetahui beberapa UMKM yang ada di desa ini. Usaha ini beliau rintis mulai tahun 2020-an. Beliau dibantu oleh 4 orang pekerja, yang masing-masing mempunyai tugas berbeda, di antaranya adalah sebagai pembuat keripik tempe sagu, penggoreng keripik tempe sagu, dan pengemasan.
Pemasaran dari produk tersebut masih dilakukan secara langsung, di mana produk akan dijual di warung, toko oleh-oleh, ruko terdekat, atau bahkan akan ada pengepul yang datang untuk memesan produk tersebut yang nantinya akan dijual kembali. Sampai saat ini produk tersebut sudah tersebar di Malang, Sidoarjo, dan sebagainya. Keinginan untuk menjual produk tersebut pada e-commerce masih belum dilakukan, sebab masih terbatasnya SDM pada UMKM tersebut.
Berdasarkan pengamatan kami pun, usaha tersebut masih terbilang kecil. Namun untuk usaha seukuran itu, usaha ini terbilang cukup maju walau pemasaran hanya di pasaran lokal saja. Selain itu, produk ini sudah terdaftar ke'halal'an-nya. Hal tersebut merupakan hal yang patut menjadi pertimbangan dan penting untuk diperhatikan. Walaupun kita tahu, pembuatan keripik tempe sagu ini sudah pasti menggunakan bahan-bahan yang halal, namun untuk menjaga kepercayaan dari konsumen, Pak Bambang mendaftarkan produknya untuk memperoleh sertifikasi halal.
Pak Bambang juga menceritakan varian dari produk usahanya, rasa utama dari produk ini adalah original, untuk bentuknya bisa saya visualisasikan dengan foto di bawah ini.