Obligasi perusahaan diterbitkan oleh perusahaan swasta untuk membiayai operasi mereka atau proyek tertentu. Perusahaan menggunakan obligasi ini sebagai sumber pendanaan tambahan untuk berbagai keperluan, seperti ekspansi bisnis, akuisisi, pembangunan pabrik, atau pembiayaan proyek-proyek tertentu. Obligasi perusahaan juga dikenal sebagai "corporate bonds".
Obligasi perusahaan memiliki karakteristik yang mirip dengan obligasi lainnya. Mereka merupakan bentuk utang yang diikuti dengan pembayaran bunga dan pengembalian pokok utang pada tanggal jatuh tempo yang telah ditentukan. Pada saat menerbitkan obligasi, perusahaan memberikan janji untuk membayar kembali dana yang diterima beserta bunga yang telah disepakati kepada investor. Tingkat bunga yang ditawarkan oleh obligasi perusahaan bisa tetap (fixed rate) atau mengikuti suku bunga pasar (floating rate). Obligasi perusahaan biasanya memiliki jatuh tempo yang bervariasi, mulai dari beberapa tahun hingga beberapa dekade. Jangka waktu obligasi ini ditentukan oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhan dan strategi keuangan mereka.
Obligasi perusahaan memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Imbal Hasil yang Beragam: Imbal hasil obligasi perusahaan dapat bervariasi tergantung pada kualitas kredit perusahaan dan kondisi pasar. Perusahaan dengan peringkat kredit yang lebih tinggi cenderung menawarkan tingkat bunga yang lebih rendah.
- Risiko Kredit: Investor perlu memperhatikan risiko kredit perusahaan saat mempertimbangkan obligasi perusahaan. Perusahaan dengan risiko kredit yang lebih tinggi mungkin menawarkan tingkat bunga yang lebih tinggi untuk mengkompensasi risiko tersebut.
Obligasi merupakan instrumen keuangan yang relatif aman dan stabil, namun tetap memiliki risiko yang perlu dipertimbangkan oleh investor. Berikut ini adalah beberapa risiko yang terkait dengan obligasi:
1. Risiko suku bunga (interest rate risk): Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi harga obligasi di pasar. Ketika suku bunga naik, harga obligasi yang sudah ada cenderung turun, dan sebaliknya. Obligasi dengan jangka waktu yang lebih panjang cenderung lebih sensitif terhadap perubahan suku bunga dibandingkan dengan obligasi jangka pendek. Risiko suku bunga dapat berdampak pada nilai pasar obligasi sebelum jatuh tempo, terutama jika investor perlu menjual obligasi sebelum jatuh tempo.
2. Risiko kredit (credit risk): Ini adalah risiko bahwa penerbit obligasi tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok utangnya. Risiko kredit terkait dengan kemampuan penerbit obligasi untuk membayar kembali utangnya. Penerbit obligasi dapat mengalami kesulitan keuangan, seperti gagal memenuhi pembayaran bunga atau default pada pokok utang. Kualitas kredit penerbit obligasi dievaluasi oleh lembaga rating independen, yang memberikan peringkat kredit berdasarkan penilaian risiko kredit penerbit. Obligasi dengan peringkat kredit yang lebih rendah umumnya memiliki tingkat bunga yang lebih tinggi untuk mengkompensasi risiko kredit yang lebih tinggi.
3. Risiko likuiditas (liquidity risk): Ini merujuk pada risiko sulitnya menjual obligasi dan mengubahnya menjadi uang tunai dengan cepat dan tanpa kerugian signifikan. Obligasi dengan tingkat likuiditas rendah, misalnya obligasi yang jarang diperdagangkan di pasar sekunder, dapat menghadirkan risiko likuiditas yang lebih tinggi. Jika investor perlu menjual obligasi dengan segera, tetapi tidak ada banyak pembeli di pasar, maka harga jual obligasi tersebut mungkin lebih rendah dari nilai nominalnya.
4. Risiko inflasi (inflation risk): Inflasi adalah kenaikan umum dalam harga barang dan jasa seiring berjalannya waktu. Obligasi dengan tingkat bunga tetap dapat terpengaruh oleh inflasi. Jika tingkat inflasi melebihi tingkat bunga yang dihasilkan oleh obligasi, maka daya beli pembayaran bunga dan pokok utang dari obligasi tersebut akan berkurang. Hal ini berarti investor mungkin mengalami penurunan dalam nilai riil dari pengembalian investasinya.
5. Risiko perubahan kebijakan (policy risk): Obligasi juga dapat terpengaruh oleh perubahan kebijakan pemerintah atau regulasi yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan penerbit obligasi atau kondisi pasar secara keseluruhan. Misalnya, perubahan kebijakan moneter yang signifikan atau perubahan regulasi industri dapat memiliki dampak yang signifikan pada nilai dan kinerja obligasi.
6. Risiko perusahaan (company-specific risk): Obligasi perusahaan memiliki risiko yang terkait dengan kondisi keuangan dan operasional perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang menghadapi tantangan atau kesulitan keuangan dapat menghadapi risiko gagal membayar utang, yang akan mempengaruhi pembayaran bunga dan pokok utang kepada investor obligasi. Risiko perusahaan juga meliputi risiko bisnis, risiko industri, dan risiko manajemen yang dapat mempengaruhi kinerja dan stabilitas perusahaan.