Mohon tunggu...
TIARA MARA RACHMADINI
TIARA MARA RACHMADINI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

life is experience

Selanjutnya

Tutup

Healthy

fenomena stunting indonesia merupakan tantangan dunia kesehatan masyarakat

4 Januari 2025   20:53 Diperbarui: 4 Januari 2025   20:46 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tantangan kesehatan masyarakat yang paling krusial di Indonesia adalah Stunting, dengan prevalensi yang masih mengkhawatirkan hingga tahun 2024. Menurut Data Kementrian Kesehatan 2023 Data terkini menunjukkan bahwa angka stunting di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 21,6 persen pada anak balita, mengindikasikan bahwa hampir seperempat dari populasi balita Indonesia mengalami kondisi ini . Angka ini menempatkan Indonesia dalam posisi yang cukup mengkhawatirkan dalam konteks kesehatan anak global.

Distribusi geografis stunting di Indonesia menunjukkan variasi yang signifikan antar wilayah, dengan prevalensi tertinggi ditemukan di wilayah Indonesia bagian timur. Provinsi-provinsi seperti Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Sulawesi Tengah mencatat angka stunting yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional, mencerminkan kesenjangan pembangunan dan akses terhadap layanan kesehatan yang masih terjadi Perbedaan ini juga terlihat antara wilayah perkotaan dan pedesaan, di mana daerah pedesaan umumnya memiliki prevalensi stunting yang lebih tinggi.

Tren stunting di Indonesia selama dekade terakhir menunjukkan penurunan yang lambat namun konsisten, meskipun masih jauh dari target yang ditetapkan pemerintah. Faktor-faktor yang mempengaruhi seperti urbanisasi, perubahan pola makan, dan peningkatan kesadaran masyarakat telah berkontribusi pada dinamika ini. Namun, pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap upaya penurunan stunting, terutama melalui gangguan pada sistem pelayanan kesehatan dan penurunan pendapatan keluarga.

Faktor-faktor Penyebab dan Dampak Stunting

Stunting merupakan hasil dari interaksi kompleks berbagai faktor risiko yang saling terkait. Faktor gizi menjadi penyebab langsung yang paling signifikan, meliputi kekurangan asupan nutrisi selama masa kehamilan, pemberian ASI yang tidak optimal, dan praktik pemberian makanan pendamping ASI yang tidak tepat. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang mengalami kekurangan gizi selama kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan anak yang akan mengalami stunting.

Faktor lingkungan dan sanitasi juga memainkan peran crucial dalam kejadian stunting. Akses terhadap air bersih, fasilitas sanitasi yang memadai, dan praktik kebersihan yang baik sangat mempengaruhi status gizi anak. Studi menemukan bahwa rumah tangga dengan kondisi sanitasi yang buruk memiliki prevalensi stunting yang lebih tinggi, terutama karena meningkatnya risiko infeksi berulang pada anak-anak.

Dampak stunting bersifat multi-dimensi dan jangka panjang. Pada aspek kesehatan, anak yang mengalami stunting memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit kronis di masa dewasa. Dari segi kognitif, stunting dapat menghambat perkembangan otak, yang berpotensi menurunkan kemampuan belajar dan produktivitas di masa depan. Secara ekonomi, stunting dapat mengakibatkan kerugian ekonomi nasional melalui penurunan produktivitas dan peningkatan beban kesehatan.

Strategi dan Program Penanggulangan Stunting

Pemerintah Indonesia telah mengembangkan strategi komprehensif dalam menanggulangi stunting melalui pendekatan multi-sektor. Program Percepatan Penurunan Stunting Nasional menjadi payung besar yang mengintegrasikan berbagai intervensi, mulai dari peningkatan kualitas layanan kesehatan ibu dan anak hingga perbaikan sanitasi lingkungan. Implementasi program ini melibatkan koordinasi antara berbagai kementerian dan lembaga, serta pemerintah daerah menurut Kementerian PPN/Bappenas, 2023.

Intervensi spesifik dalam penanganan stunting mencakup pemberian suplementasi gizi bagi ibu hamil dan balita, promosi ASI eksklusif, dan pemantauan pertumbuhan balita secara rutin. Program-program ini diperkuat dengan intervensi sensitif seperti peningkatan akses terhadap air bersih, perbaikan sanitasi, dan pemberdayaan ekonomi keluarga. Evaluasi program menunjukkan bahwa pendekatan terintegrasi ini mulai menunjukkan hasil positif di beberapa daerah percontohan .

Peran penying yang dilakukan masyarakat adalah kunci keberhasilan program penanggulangan stunting. Berbagai inisiatif berbasis masyarakat, seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan Program Keluarga Harapan (PKH), telah terbukti efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengubah perilaku terkait gizi dan kesehatan. Keterlibatan tokoh masyarakat, kader kesehatan, dan organisasi kemasyarakatan memperkuat implementasi program di tingkat akar rumput.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun