Mohon tunggu...
Tiara Dewi
Tiara Dewi Mohon Tunggu... Ahli Gizi - kedutaan besar

Telkom University

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

ISO 21001: Membangun Kualitas Pendidikan yang Berkelanjutan

19 Agustus 2024   15:27 Diperbarui: 19 Agustus 2024   15:47 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia pendidikan yang terus berputar, seperti aliran air yang mengalir deras, kebutuhan akan manajemen pendidikan yang berkualitas semakin mendesak. Lembaga-lembaga pendidikan di seluruh pelosok negeri berjuang, bagai petani yang mencangkul sawahnya, untuk memberikan pengalaman belajar yang terbaik kepada para peserta didik. Pengalaman yang bukan hanya tentang angka-angka di atas kertas, tetapi juga tentang semangat yang berkobar dalam dada, rasa ingin tahu yang tak pernah padam, dan impian yang membentang luas seperti cakrawala.

Namun, kenyataannya tidak semua anak-anak bangsa ini merasakan manisnya pendidikan yang setara. Ada yang tertinggal di sudut-sudut negeri, terhalang oleh jarak dan waktu, oleh akses yang terbatas dan kualitas guru yang tidak merata. Kurikulum yang kaku, fasilitas yang jauh dari layak, dan kesenjangan digital yang semakin menganga, menjadi dinding tebal yang sulit ditembus. Tetapi, seperti layaknya seorang pahlawan dalam cerita rakyat, tugas untuk memperbaiki keadaan ini tidak hanya berada di tangan pemerintah. Setiap elemen masyarakat harus turun tangan, menyingsingkan lengan, untuk mengangkat pendidikan ke puncak yang lebih tinggi.

Pendidikan berkualitas bukanlah sekadar angan-angan, tetapi sebuah perjalanan panjang yang penuh tantangan. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas suatu pendidikan dari cara guru mengajar, bagaimana siswa belajar, hingga lingkungan tempat mereka menimba ilmu. Infrastruktur pendukung, prestasi yang diraih, dan suasana yang mendukung pembelajaran, semuanya berperan penting. Untuk menjaga agar perjalanan ini tetap berada di jalur yang benar, diperlukan standar sebagai panduan, seperti kompas yang menuntun kita ke arah yang tepat. Salah satu standar yang kini menjadi sorotan adalah ISO 21001.

ISO 21001 bukan sekadar dokumen tebal penuh dengan istilah teknis. Ia adalah jantung dari Sistem Manajemen Organisasi Pendidikan (SMOP), sebuah standar internasional yang dikembangkan oleh International Organization for Standardization (ISO). Seperti seorang guru bijak, ISO 21001 memberikan panduan bagi lembaga pendidikan untuk mengelola operasional mereka dengan lebih efisien, meningkatkan kualitas pendidikan, dan, yang terpenting, memenuhi kebutuhan para peserta didik serta semua pihak yang terkait. Dengan kata lain, ISO 21001 membantu lembaga-lembaga pendidikan untuk memahami, merencanakan, mengendalikan, dan terus-menerus mengevaluasi kinerja pendidikan mereka Telkom University.

Ketika sebuah lembaga pendidikan memutuskan untuk menerapkan ISO 21001, itu seperti mereka membuka pintu ke dunia baru yang penuh dengan peluang untuk perbaikan. Dalam proses ini, ada sepuluh klausul utama yang harus diperhatikan dari ruang lingkup, acuan normatif, hingga istilah dan definisi yang digunakan. Konteks organisasi menjadi langkah awal, di mana lembaga pendidikan harus mengidentifikasi hubungan antar proses, memahami isu internal dan eksternal, serta membangun hubungan yang kuat dengan para pemangku kepentingan.

Kepemimpinan, dalam hal ini, tidak hanya berbicara tentang kepala sekolah atau direktur lembaga pendidikan. Ini adalah tentang bagaimana top management bertanggung jawab untuk memastikan bahwa tujuan pendidikan yang berkualitas dapat tercapai. Perencanaan yang matang adalah kunci berikutnya, di mana langkah-langkah harus direncanakan dengan hati-hati, risiko dan peluang harus diidentifikasi, agar sistem manajemen pendidikan berjalan dengan lancar.

Dukungan pun tak kalah pentingnya. Sumber daya, kompetensi, dan infrastruktur harus disiapkan sebaik mungkin. Semua ini berujung pada operasional yang optimal, di mana proses pembelajaran dan pengajaran berjalan dengan baik, dan kebutuhan peserta didik terpenuhi dengan sempurna. Evaluasi kinerja kemudian menjadi cermin, di mana lembaga pendidikan dapat melihat bayangan mereka sendiri apakah mereka telah berjalan di jalur yang benar, atau masih ada perbaikan yang harus dilakukan.

Terakhir, siklus perbaikan berkelanjutan adalah napas dari ISO 21001. Tanpa perbaikan yang terus-menerus, standar ini akan menjadi usang, seperti buku yang berdebu di rak. Dengan mengikuti siklus ini, lembaga pendidikan dapat terus berinovasi dalam pendekatan mereka, meningkatkan kepuasan peserta didik, dan membangun reputasi yang kokoh di dunia pendidikan.

Begitulah, ISO 21001 tidak hanya mendorong lembaga pendidikan untuk mengejar kualitas, tetapi juga menuntun mereka menuju pendidikan yang berkelanjutan sebuah pendidikan yang tidak hanya tentang hari ini, tetapi juga tentang masa depan, untuk generasi yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun