Mohon tunggu...
Purple Diary Room
Purple Diary Room Mohon Tunggu... Dosen - Just a random writter, not Vtuber

Dengan menggunakan nama pena Raseita Kazaryuko, bertekad memiliki kehidupan yang seimbang antara keilmuan dan hobi. Menyukai sebuah kalimat kutipan dari Haenim Sunim pada Novel "The Thins You Can See Only When You Slow Down", yang tertulis bahwa "When someone does not like us, it is not our problem but theirs, not everyone will like us, this is a problem only if we let it bother us."; Akun ini merupakan milik dari Tiara Sevi Nurmanita, salah satu dosen PGSD Universitas Terbuka. Harap bijak berselancar di dunia maya, akun kompasiana kami hanya ini saja. Kami tidak bertanggung jawab jika ada akun lain yang mengatasnamakan dua nama ini. [akun instagram hanya dari @/aray2809 dan @/raseita__ ]. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Promessa [A Poetry]

7 Oktober 2023   19:28 Diperbarui: 7 Oktober 2023   19:37 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hanya sebuah kisah dan puisi singkat yang terinspirasi dari lagu Promessa dari single Growth Restart ke 2.
Sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Yoshitaka Yamaya (sebagai Yaegashi Kensuke) dan Yamashita Daiki (sebagai Sakuraba Ryota) merupakan lagu yang membuat hati dilema tingkat dewa.
Bagaimana tidak, sebuah lagu bermelodi indah nan membuat raga bergoyang tetapi dibaliknya terdapat rangkaian lirik yang membuar jiwa menangis.

*****************************************


Ketika jemari saling menaut
Seuntai harapan mengalun dalam doa
“Jangan menangis”
Sepatah kata sebagai serpihan hati yang berharga

Ketika sang angin kematian berhembus
Membawa serpihan-serpihan janji
Terbang ke langit tak berujung
Hanya menyisakan seonggok cahaya
Terdiam
Mengenggam harapan yang tak kan pernah pulang

**************************************

Sebenarnya, janji itu seperti apa?
Ryota tahu, doanya hanyalah sebuah doa. Harapannya hanya sebuah harapan. Masih melekat, Ryota teringat akan janji bahwa apapun yang terjadi dia tidak akan menangis. Hanya saja, apakah untuk saat ini, dia masih bisa menepati janji itu?
“Ryo, ayo pulang”, alunan suara lembut menyadarkannya.
Ryota terhenyak sejenak. Mencoba memahami yang baru saja terjadi di depannya. Tapi sekeras apapun dia berusaha, aliran bulir air mata miliknya tak akan pernah berhenti.
“Ryo...”
“Aku gagal menepati janjiku...”, lirihnya.
Bahkan ajakan Kouki, tak membuatnya bisa beranjak dari tempat suram itu. kedua mata merah Ryota terus menatap kokohnya batu nisan yang berdiri megah di depannya.
“Untuk saat ini tak apa.. hanya kali ini saja...”, kata Kouki.
Ryota menoleh. Menatap Kouki yang tersenyum sendu.
“Ken tentu saja paham kok...”, lanjut Kouki.
Ryota menangguk pelan. Kembali menatap makam yang ada di depannya. Menghapus buliran air matanya.
“Untuk saat ini... benar... setelah ini aku tidak akan menangis lagi.. aku akan menepati janjiku...”, kata Ryota.
Kouki mengangguk pelan. Mengelus surai putih Ryota. Menggandengnya meninggalkan tempat peristirahatan manusia tuk terakhir kalinya. Melangkah menuju kehidupan mereka selanjutnya di dunia ini.
Ryota sesekali menoleh ke belakang. Berharap sesuatu yang tak mungkin bisa kembali.
“walau sampai kapanpun, Ken tidak akan pernah pulang lagi...”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun