Mohon tunggu...
Tiara Efriliana
Tiara Efriliana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lebih suka Nulis dari pada Makan.. Karena dari sebuah Tulisan yang terjual itu bisa menghasilkan uang untuk Makan..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pecutan Hati Nena

1 Mei 2013   01:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:20 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlahir sebagai anak kedua dari empat bersaudara, sebut saja Nena. Masa kecil Nena cukup bahagia, ia besar dari keluarga yang sederhana dan mempunyai satu kakak dan dua adik. Ayahnya bekerja sebagai seorang Pemadam Kebakaran dikawasan Jembatan Lima, dan pada saat umur Nena tujuh tahun ayahnya sering sakit-sakitan, dan beliau mengidap sakit kuning. Hampir dua bulan ayahnya dirawat di Rumah Sakit, dan keadaan ekonomi keluarga saat itu sangat goyah. Untuk menutupi kekurangan tersebut sang Ibu beralih profesi menjadi seorang penjual nasi didekat rumahnya, pendapatan perharipun terbilang kurang dari cukup, tapi seberapapun yang didapat sang Ibu selalu bersyukur atas rejeki yang telah Allah.S.W.T. berikan.

Tepat dua bulan sebelum hari ulang tahunnya, Nena kehilangan sang Ayah, yang telah lebih dahulu dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Sang Ibu masih belum bisa menerima kepergian Ayahnya, melihat kedua adik Nena masih berusia satu tahun setengah dan tiga tahun, serta kakak Nena yang berusia sebelas tahun. Bisa kita bayangkan setapa sulitnya posisi sang Ibu yang harus sekaligus menjadi sosok Ayah yang mencari nafkah untuk kelangsungan hidup mereka.  Pagi hari Ibu berjualan nasi, dan siang harinya Ibu harus mendatangi rumah tetangga yang menerima Ibu sebagai buruh cuci dan gosok. Nena pun ikut membantu Ibu menjualkan nasi disekolahnya, dan sepulang sekolah Nena menjaga kedua adiknya.

Beranjak dewasa, Nena yang berusia lima belas tahun sedikit banyak sudah bisa menghasilkan uang sendiri dari keterampilannya membuat dompet dari benang wol. Pada usia enam belas tahun, kakak Nena harus putus sekolah karena biaya sekolah saat itu baru melonjak naik. Dan saat itu hanya Nena dan adik laki-lakinya yang bersekolah. Karena pendidikan kakak yang kurang, sang kakak pun tidak dapat bekerja dengan posisi enak, sebagai tukang antar aqua galon saat itu pekerjaan yang bisa didapatnya.

Ketrbatasan kakaknya tidak membuat Nena menyerah, bahkan Nena berhasil menunjukkan bahwa setelah lulus sekolah Nena bisa mendapatkan pekejaan yang baik, dan Nena dapat membantu keuangan keluarganya saat itu. Kini Nena pun dapat meneruskan cita-citanya untuk kuliah di salah satu universitas favoritnya dari hasil tes beasiswa yang diikutinya. Tidak hanya itu, Nena juga berhasil membantu Ibunya untuk menyekolahkan kedua adiknya hingga lulus Sekolah Menengah Atas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun