Mohon tunggu...
Ayu Rhisma
Ayu Rhisma Mohon Tunggu... Guru - Layang bagai mimpi putus benang, Mika tan mampu diimplementasikan

S1 Pend. Bahasa Dan Sastra Indonesia Guru Bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bersatu dalam Nuansa Berbeda

10 Oktober 2017   23:38 Diperbarui: 10 Oktober 2017   23:41 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TheDailySuggest.com

Hakikatnya setiap insan di dunia mencintai sesuatu yang indah. Keindahan akan tercipta dengan hadirnya keharmonisan antara elemen-elemen yang telah Tuhan ciptakan di dunia. Tak ada satupun elemen yang diciptakan Tuhan tidak berguna. Sama halnya dengan manusia, Tuhan tidak menciptakan dengan keindahan yang sama. Tuhan menghadirkan manusia dengan berbagai keindahan, baik yang terlihat ataupun tidak. 

Tuhan menciptakan bumi yang dihuni oleh manusia dengan beragam negara, seperti negara khatulistiwa ini yaitu Indonesia. Indonesia merupakan negara kesatuan yang memunyai dasar negara yaitu Pancasila. Pancasila berisi lima sila, jika bangsa ini menyadari setiap butir-butirnya mengandung keindahan dan kedamaian, maka kebahagiaan akan didapat. Karena masing-masing sila saling memunyai keterkaitan ,

Contoh sila pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa" dan sila ketiga "Persatuan Indonesia". Coba kita pikirkan apa sih keterkaitan antara kedua sila tersebut? Ya, Ketuhanan Yang Maha Esa, Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai perbedaan, salah satunya dalam segi keyakinan terhadap Tuhan. Indonesia mempunyai 5 kepercayaan yang dianut, seperti Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, Budha. Lantas jika kita menganut salah satu keyakinan tersebut membuat kita membenci saudara sebangsa kita yang berbeda?. Jawabannya adalah TIDAK. 

Tetapi, kenapa diantara kita masih sering menghina saudara beda kita? Itu karena kita kurang memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Bayangkan jika sejak kecil orangtua, guru dan masyarakat menanamkan sifat kebhinekaan pada anak, peserta didik dan lingkungan, pasti terdapat nilai toleransi. Tidak ada sikap anti-pancasila dan  gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri dari Indonesia. Sedangkan sila ketiga, dengan perbedaan keyakinan, ras, suku dan budaya bukan sebuah alasan untuk menghancurkan Indonesia. 

Tetapi, perbedaan tersebut merupakan sesuatu keindahan hakiki yang Tuhan ciptakan di dunia. Dengan perbedaan tersebut diharapkan kita(Indonesia) selalu bersatu, bersama membangun Indonesia. Bhineka Tunggal Ika berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Semboyan tersebut bukan hanya sekadar kalimat yang hanya tertulis dalam lambang negara. Tetapi, semboyan tersebut memunyai tujuan yaitu meyatukan perbedaan menjadi sesuatu yang indah, meskipun berbeda tetapi kita tetap satu yaitu Indonesia.Terdapat kisah nyata yang penulis alami sendiri yaitu bersahabat dengan seorang yang berbeda keyakinan dan ras. Penulis merupakan seorang muslim berasal dari jawa dan bersahabat dengan seorang kristiani berasal dari NTT. Perbedaan tersebut bukanlah penghalang persahabatan kami. Sikap toleransi sangat kami terapkan, meskipun terkadang terdapat perbedaan pendapat. Kami sangat melengkapi kekurangan yang ada pada diri. Hal yang sangat penulis rasakan dalam persahabatan ini adalah sikap toleransi dan pengertian. 

Dia sering mengingatkan tentang kewajiban sebagai muslim yaitu salat, dia juga sering mengantar dan menemani pergi ke masjid kampus untuk salat. Banyak teman-teman lain bertanya "dia ikut ke masjid?". Lantas jawaban yang muncul adalah "iya". Karena kami paham, meskipun kami berbeda keyakinan dan ras, tapi satu yang membuat kami sama adalah Indonesia. Para pahlawan yang telah memerjuangkan kemerdekaan Indonesia juga bersatu, meskipun mereka juga berbeda keyakinan, budaya dan ras. Karena kami sama-sama tinggal di bawah langit Indonesia, di atas tanah Indonesia dan berdarah Indonesia.

Contoh tersebut merupakan pengalaman pribadi penulis tentang indahnya sikap toleransi. Masihkah kita sebagai manusia yang beradab saling menghina, saling acuh terhadap saudara sendiri? Tentu saja tidak. Perbedaan seperti itu jangan sampai membuat diri kita menjadi individu yang rasis dan individualis, tetapi membuat diri kita menjadi paham bahwa pluralisme dan multikultural yang ada di Indonesia adalah keajaiban Tuhan yang indah. Marilah kita bersatu dalam perbedaan, bukan berpisah karena perbedaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun