Masa penciptaan merupakan satu periode bagi umat Kristen untuk mengenang, berefleksi, berdoa, sekaligus melakukan aksi perawatan bumi untuk mengatasi krisis lingkungan hidup (to solve the environmental crisis).
Pada dasarnya, bak seorang ibu, bumi menjadi tempat dan rahim yang menampung semua ciptaan. Seorang ibu akan memberikan rahim untuk anaknya. Di dalam rahim, anak akan merasa sangat aman dan manja karena, sang ibu menyuplai nutrisi dan cinta kasih. Ibu juga menjaga, merawat, dan menjamin perlindungan pada si anak.
Lebih dari situlah Tuhan memperlakukan ciptaan-Nya, teristimewa manusia. Ia memberikan rahim-Nya (bumi), agar manusia dapat hidup dan bertumbuh kembang. Ia menyuapi dan mengasuh manusia lewat bumi agar manusia secara kuantitas dan kualitas dapat mengembangkan proyek pemeliharaan bumi bersama Tuhan, Sang Pencipta.
Namun, manusia malah berbuat durhaka pada Tuhan. Rahim-Nya, yakni bumi tidak dijaga, tetapi malah dijajah. Lingkungan dicemari, bukannya dipelihara. Krisis ekologis terjadi dimana-mana. Yang paling disoroti adalah perubahan iklim global dan makin naiknya suhu bumi. Untuk itu, diperlukan gerakan pembaruan yang ekstra.
Ge(b)rakan pembaruan
Membuat komitmen bersama untuk pembaruan! Itulah gebrakan yang hendak direfleksikan dan dioptimalkan dalam masa penciptaan 2021 yang bertemakan "Rumah untuk Semua? Membarui Oikos Tuhan (A Home for All? Renewing the Oikos of God)".
Oikos (Yunani) diterjemahkan menjadi rumah, rumah tangga, atau keluarga, dan rumah untuk tempat tinggal bersama. Dalam hal ini, oikos merujuk pada bumi.
Gebrakan motivasi dan komitmen bersama harus terarah kepada kesadaran penuh bahwa bumi adalah rumah yang harus dijaga dan dirawat. Oikos bersama sedang mengalami ketidakstabilan.
Bahkan bisa dikatakan secara dramatis, bumi sedang mengarah kepada kehancuran dan manusia sendiri berpotensial menjadi korban. Keadilan, perdamaian, dan keutuhan masing-masing ciptaan telah direnggut oleh manusia.
"Tak satu pun aman, sampai semuanya aman, karena tindakan kita sungguh punya efek pada yang lain. Apa yang kita lakukan hari ini akan berdampak pada hari esok!", demikian satu bahan refleksi yang dicetuskan oleh Paus Fransiskus, Patriak Bartolomeus, dan Uskup Agung Yustin Welby saat pertemuan oikumene.
Semua harus bekerja sama, bahu-membahu! Cita-cita ekologis dan spiritual ini mustahil terwujud bila hanya satu atau segelintir orang yang turun tangan untuk bekerja. Apalagi, usaha ini sudah sangat mendesak untuk dilakukan. Jika tidak dieksekusi dengan segera, kerusakan dan luka pada bumi akan semakin meluas dan parah.
Konversi ekologis
Setiap orang harus bertobat! Bertobat (metanonia) berarti kembali kepada jalan yang baik dan benar. Bertobat juga berarti setia atau bahkan lebih ekstra melakukan kebaikan.