Tuhanku, aku tertegun memandangi salib-Mu
Badan yang penuh luka, lemah, dan tak berdaya tergantung di salib
Kepala remuk dengan mahkota duri yang menyiksa
Menembus kulit
Sungguh pedih!
Tangan ditembusi paku
Lambung dicucuk tombak
Kaki luka dan berlubang oleh paku
Sungguh menyakitkan!
Tuhanku, mengapa? Mengapa begitu mengerikan yang Kautanggung?
Kaubiarkan wajah-Mu diludahi
Kaubiarkan mata besi merobek kulit-Mu
Kaubiarkan cambuk menyiksa badan-Mu
Kauberikan tubuh-Mu dipukuli
Dan orang pun menertawai-Mu dengan situasi-Mu yang mengerikan itu!
Jujur Tuhan, aku tak sanggup
Aku tak sanggup memandang Engkau yang sungguh tersiksa
Dengan darah yang mengucur begitu deras
Darah yang mahasuci penjamin kesucian bagi aku dan semua manusia
Darah dari orang tak berdosa yang menjadi pendamai antara bumi dan surga
Tuhanku, aku yakin tak akan mampu menanggung sedikit saja dari yang Kau derita
Aku masih terlalu lemah
Egoku menarikku untuk lupa betapa tulusnya pengorbanan-Mu
Aku lebih pilih asyik dan sibuk dengan perkara dunia
Lupa, bahwa dosakulah yang sejatinya Kaubersihkan
Tuhan, maafkan aku atas kelalaianku
Maafkan aku karena menjadi pecundang
Yang lebih memilih berdosa daripada setia berkorban
Yang lebih mencari kenikmatan daripada kekudusan
Bila Engkau masih memberi waktu
Izinkan aku merubahnya dan bertobat
Tuntunlah aku menuju pintu surga-Mu
Teguhkan langkahku berdiri di jalan-Mu
Sambutlah aku dan segala kelemahanku yang sudah Kausucikan
Akhir kata Tuhan, aku berterima kasih
Untuk pengorbanan mahasempurna ini
Untuk kasih yang tak terbatas ini
Dimana diri-Mu menjadi korban
Agar aku menjadi layak di hadapan Sang Bapa Surgawi
Dimana Engkau menjadi bukti kasih Bapa yang tak terhingga
"Tuhan, betapa Engkau mencintaiku!
Ajarlah aku agar turut menjadi kurban dan silih atas dosaku dan dosa dunia ini!
Salam, Yesusku
Jumat Suci (Agung), 2 April 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H