01-02-2021
Salam Sejahtera!
Saudaraku yang baik, sulit bibirku bergerak 'tuk tanyakan kabarmu. Kutahu, pasti sulit bagimu memberikan jawaban. Bisa kubayangkan, bibirmu pun akan  gemetar untuk katakan: "Saudaraku, aku baik kok!" Kujamin, selekas kau katakan itu, pipimu akan basah karena air mata. Yah! Air mata yang menungkapkan betapa sakit kau rasa dan betapa pedih hatimu untuk menerima realita yang tengah kauhadapi.
Sahabatku, kalau boleh jujur. Aku terkejut mendengar kabar duka yang datang dari keluargamu. Ada seseorang yang membagikan berita tentang keluargamu ke inbox-ku. Kucoba membacanya, tapi tak selesai. "Apaaa?!!" teriakku dalam hati. "Tidak mungkin! Masa?! Ahhhh ini pasti gak bener!" Aku sungguh tak percaya, tak bisa berkata-kata, dan tak sanggup membaca berita itu hingga selesai.
Kucoba cari lagi dan tanya ke saudara yang lain. Cukup lama aku menunggu. Kemudian, berita yang kunantikan masuk ke inbox-ku. Aku tak percaya, dia pun turut mengafirmasi berita itu. Aku masih belum percaya, "Harus tiga orang, barulah berita ini valid! Aku masih belum percaya!"Â
Terakhir, aku coba tanya lagi ke seorang saudara yang bertugas di daerahmu. Tak harus menunggu lama, jawaban darinya pun datang. Dan, kali ini, aku harus mengalahkan egoku: "Memang betul! Ia telah pergi!"Â
Saudaraku yang baik, aku yakin kau pasti sulit menerima situasi ini, mengingat kau dan abangmu masih cukup muda. Kalian telah kehilangan seorang figur penting dalam hidup kalian. Yah, seorang ayah yang sungguh sangat mencintaimu, abangmu, dan ibumu. Seorang ayah yang sungguh sangat mendedikasikan dirinya bagi lingkungan di sekitar kalian. Ia adalah seorang ayah  hebat yang pernah kalian miliki. Kini, ia telah kembali ke pangkuan Sang Ilahi. Tinggallah kau, abang, dan ibumu di tengah pandemi Covid 19 dan situasi bencana yang berimbas ke daerah kalian.
Saudaraku yang baik, aku turut berduka cita. Aku juga turut kehilangan seorang pribadi yang sedikit bicara, tetapi banyak bekerja. Bagiku, beliau merupakan seorang yang saleh. Kalau dekat dengannya, rasanya aku tenang dan nyaman. Aku banyak belajar dari teladan beliau arti mempertahankan apa yang sudah diperjuangkan, hadir dan memberikan diri bagi orang lain, dan banyak lagi yang tak mungkin bisa kutuliskan di sini.Â
Saudaraku yang baik, aku rindu untuk bertemu denganmu, merangkulmu dengan erat dan merasakan kepedihan yang tengah kaurasakan. Aku rindu untuk bercerita denganmu. Aku rindu bertamu ke rumahmu. Setidaknya, dengan melihat foto yang terpampang di dinding rumahmu, kerinduanku pada ayah kita itu terobati, walau dia sudah berada di kediaman Bapa di surga. Tapi, apa daya Covid 19 membuat kita harus terpisah untuk beberapa waktu.Â
Saudaraku yang baik, aku tahu, pasti kau pernah  berontak pada Tuhan: "Mengapa Dia memberikan cobaan seperti ini pada kami?! Tuhan ngak adil! Tuhan lupa akan doa-doa kami! Tuhan tidak peduli dengan semua kebaikan yang sudah kami lakukan!" Saudaraku, aku bisa memakluminya. Kita adalah manusia rapuh dan lemah, kadang setia kepada-Nya dan kadang lupa akan Dia. Kadang kita lupa bersyukur atas segala yang baik yang pernah Dia kerjakan dalam hidup ini. Tapi, sering kita hanya minta segala yang baik agar terjadi dalam hidup ini, dan segala kesulitan kiranya jauh dari keluarga kita.
Saudaraku yang baik, tabahkanlah hatimu. Tetaplah semangat. Tuhan tidak pernah tidak adil, tidak pernah lupa akan umat-Nya yang setia, tidak pernah mengabaikan segala kebaikan kita. Ia punya rencana terindah dalam hidup anak-anak-Nya. Ia sedang mencobaimu, melihat sedalam mana imanmu pada-Nya.Â