Salam Sehat. Pace e Bene!
Tak lupa, apresiasi pertama saya sampaikan kepada para ilmuwan dan peneliti yang telah bekerja tanpa kenal lelah untuk memantapkan kinerja vaksin Covid 19. Kedua, terima kasih untuk Pemerintah yang telah sedang mewujudnyatakan komitmennya agar vaksinasi di Indonesia bisa terwujud. Meski dilakukan dalam beberapa gelombang, usaha ini menjadi bukti bahwa Pemerintah dan Satgas serius mau memutuskan mata rantai penyebaran Covid di Indonesia sendiri.
Ketiga, terima kasih kepada mereka yang dengan setia dan gigih mengedukasi kami, warga yang belum dapat giliran untuk yakin pada saatnya ketika vaksinasi. Keempat, terima kasih kepada mereka yang telah menyebarkan berita hoaks tentang vaksin karena dengan itu, kami belajar untuk lebih cerdas dan cermat menggali informasi yang akurat dan aktual.
Dengannya, kami semakin yakin untuk divaksin. Malah, sampai ngak sabar menunggu giliran. Hanya saja, sudah dicek berulang kali di pedulilindungi.id nama dan NIK belum terdaftar. Sabar.
Polemik yang Tak Terbantahkan
Polemik terhadap suatu hal akan selalu ada; baik itu afirmasi (pro) maupun negasi (kontra). Itulah bukti daya kritisisasi akal budi manusia. Jadi, tergantung mau pilih mana, soalnya setiap orang punya daya intelegensi, analasis, dan mengambil putusan dengan caranya masing-masing.
Sama halnya dengan vaksinasi Covid yang kini sedang hangat hangatnya. Di satu sisi, ada yang berjuang untuk mempromosikan bahwa vaksin Covid itu baik, sehat, aman, halal, dan bekerja ampuh agar diterima khalayak ramai dengan mulus.
Di sisi lain, ada yang dengan sengaja maupun tidak mematahkan argumen positif tentang vaksin tersebut. Ini menjadi suatu kenyataan yang tak terbantahkan.
Argumen Negasi yang Dipatahkan
Kiranya, usaha pemerintah dan pihak yang bewenang tidak hanya sebatas mendatang vaksin dari luar negeri, tetapi mensosialisasikan keamanan, kehalalan, dan kinerja vaksin agar diterima secara umum. Hal ini dilakukan, agar informasi miring dan provokatif yang disebarkan oleh oknum antivaksin dipatahkan. Tujuannya adalah salus animarum (keselamatan jiwa) orang banyak.
Jika, satu orang telah menjadi ragu akan vaksin, ia tidak akan tenang dan demikian hidup dalam ketakutan atau ketidakpedulian akan Covid. Untuk itu, jiwa/pikirannya perlu diselamatkan. Kalau hal ini terjadi untuk sejumlah orang, maka semakin banyaklah jiwa yang harus diselamatkan. Ini bukan perkara satu orang, tetapi perkara Indonesia.
Sudah banyak warga yang resah dan dilema apakah mau divaksin atau tidak. Apalagi, keresahan itu disebakan oleh berita yang dimuat dari luar, ketika ada korban jiwa yang meninggal akibat vaksinasi. Maka, peluang ini semakin dimantapkan oleh oknum antivaksin untuk semakin menebarkan isu miring (hoaks) tentang vaksin Covid-19. Akibatnya, berita hoaks tentang vaksin pun turut mewabah.
Akan tetapi, sejauh ini di Indonesia belum ada laporan bahwa ada yang meninggal usai vaksinasi. Prof. DR. Dr. Hindra Irawan Satari, Ketua Komnas KIPI mencoba meyakinkan bahwa side effect dari vaksin, adalah hal lumrah. Tentu, ada yang serius dan non serius.
Dr Muhammad Fajri Adda'l (doketer dan tim penanganan Covid 19) dengan yakin diri membagikan pengalamannya usai vaksinasi. Tak ada reaksi aneh yang dirasakannya setelah vaksin masuk ke tubuhnya. Jadi, sudah cukup terang dan jelas serta meyakinkan, bahwa vaksin Covid 19 yang sudah diterimakan di Indonesia aman.
Maka, kembali kita mesti cermat dan cerdas mengunyah informasi sekaligus berdistansi atas setiap berita (terutama hoaks), agar rasa percaya diri tidak goyah dan terombang-ambing.
Ikuti SOP untuk Penerima Vaksin
Semua obat, tentu ada ketentuan pakainya. Ini dibuat demi keamanan yang mengonsumsinya, juga demi kinerja obat itu di tubuh yang mengonsumsinya. Demikian jugalah berlaku untuk vaksin Covid-19. Sekiranya, ada beberapa SOP yang harus diperhatikan oleh penerima vaksin
1. Tidak memiliki penyakit dalam format skrining: pernah terinfeksi Covid-19, ISPA (batuk, pilek, dan sesak nafas), jantung koroner, kanker, ginjal kronis, auto imun, kelainan darah, saluran pencernaan kronis, imunokompromais, dan hipertiroid.
2. Bagi perempuan: tidak sedang hamil dan menyusui.
3. Suhu tubuh tidak di atas 37,5 derajat Celcius.Â
4. Tekanan darah tidak boleh sama dengan atau di atas 140/90.
5. Penderita HIV yang angka CD4 di bawah 200 atau tidak diketahui tidak akan disuntik vaksin.
6. Tidak sedang sakit asma, PPOK, atau TBC. Vaksinasi ditunda hingga kondisi terkontrol dan baik.
7. Dapat diberikan vaksin Covid 19 kepada penderita Diabetes melitus tipe 2 yang terkontrol dan HbA1C di bawah 58 mmol/mol atau 7,5%.
Jika SOP di atas sudah terpenuhi, untuk apa ragu lagi, yuk ikutan vaksin!
Ambil Putusan dan Langkah Pasti: Siap untuk Vaksinasi Covid 19!
Kiranya sudah jelas dan terang, bahwa isu hoaks dan miring seputar vaksinasi di Indonesia sudah diklarifikasi. Bahkan, hingga saat ini Presiden Jokowi dan mereka yang telah menerima vaksin pada gelombang pertama baik-baik saja. Sekarang, giliran kita untuk berani dan yakin ambil keputusan: "Siap untuk divaksin!" Mari sambut vaksin Covid 19.
Dengan ini, kita menjadi agen pemutus rantai penularan Covid 19. Dengan ini, kita berkontribusi untuk program negara. Masyarakat yang cinta negara adalah masyarakat yang taat pada program pemerintahan. Walaupun ada isu di sana-sini, sekalipun dari oknum pemerintah yang mencoba menghambat vaksinasi, kita harus cermat dan cerdas membaca situasi.
Kita harus cermat, cerdas, dan terbuka bertanya ke pihak yang berhubungan dengan satuan penanganan Covid 19. Bijaklah menyerap dan menyebarkan informasi yang aktual dan akurat tentang vaksinasi. Sekali lagi, ini bukan perkara satu atau dua orang, tetapi perkara Indonesia.Â
Saat ini, kita tinggal menuggu giliran untuk mendapatkan vaksinasi. Tetap teguh dan yakin, jangan mau diprovokasi. Â Dan jangan terinfeksi "wabah" hoaks tentang vaksin, nanti sakitnya jadi dobel dobel.
Tetap ingat bahwa vaksin bukanlah obat. Vaksin mendorong pembentukan kekebalan spesifik pada penyakit Covid-19, agar seseorang tidak tertular atau mengalami sakit berat. Vaksin masih tetap dalam tahap penyempurnaan dan butuh waktu yang relatif panjang. Untuk itu, upaya yang perlu dan wajib kita lakukan adalah setia, displin, dan taat prokes: 3M dan 3T. Tetap berdoa dan jaga imunitas tubuh.
Salam Sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H