Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mewarta Lewat Hobi

2 Januari 2021   12:10 Diperbarui: 2 Januari 2021   12:28 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beragam cara untuk mewartakan kebaikan. Ada yang senang mengajar, buat konten video, gambar meme, humor ringan, atau menulis. Setiap orang punya minat masing-masing dan rasa nyaman dari gaya dia mewarta. Selain karena itu bakatnya, tentu dia melatihnya agar makin hari makin berkembang dan menjadi way of life.

Makin mantap kalau hobi dijadikan media atau lebih tepatnya lagi tendensi dari mengasah hobi adalah pewartaan. Demikian yang saya dapatkan dari seorang teman seperjuangan di dunia religius. Dan memang begitu adanya, apa saja yang dilakukan oleh seorang religius, entah berkebun, memasak, mencuci, berbelanja, menyapu halaman, dan sebagainya  harus didasari dan kembali pada refleksi pelayanan dan pewartaan. Maka, tak pernah seorang religius diharapkan mencari keuntungan dari pelayanannya untuk diri sendiri. Semua kembali kepada kebersamaan, diolah di dalam kebersamaan, dan diperoleh dari kebersamaan. Pro Deo!

Di zaman ini, rasanya pewartaan yang berjenre milenial sudah sangat dibutuhkan. Syukurlah, beberapa religius sudah melatih diri dan merealisasikan ilmu yang serba terbatas demi pewartaan. Semua bermula dari hobi, latihan, dan pemantapan. Misalnya, ada religius yang hobi edit video dan merekam dirinya bernyanyi atau berbicara, kemudian hobi itu dikembangkannya walau tidak sekelas video profesional. 

Dibuatlah sebuah kanal youtube dengan deskripsi katekese, motivasi, dan kotbah. Perlahan tapi pasti, karena ketekunan dan kecintaannya pada hobinya, kanal itu berkembang dan punya cukup banyak pelanggan. Tujuan utama si pemilik kanal adalah pewartaan, yah walau mungkin ada semangat finansial, tapi itu akan kembali kepada kebersamaan dan untuk kebersamaan. Dinikmati secara bersama di komunitasnya. 

Ada juga yang gemar menjadi pengkotbah ulung. Seni berbicara yang dibawanya sejak kandungan dilatih dan akhirnya berkembang. Maka, ia memiliki karisma dalam menyampaikan gagasan. Ia dipanggil kesana-kemari untuk menyampaikan seputar bidangnya di kelompok tertentu. Tendensi bakat itu adalah sama, yakni pewartaan, supaya banyak orang tercerahi budinya dan terjaga nuraninya agar tidak mudah terjerumus ke dalam kesesatan.

Ada juga yang senang bermusik. Si religius mencoba belajar musik baik secara langsung maupun dari youtube. Ia ingin hobinya itu tersalurkan dan banyak kaum muda yang berminat bermusik. Ia ingin kaum muda memberi diri menjadi pengiring nyanyian di gereja, baik gaya gregorian, gerejawi, maupun pop rohani. Nilai yang mau disasar adalah semakin banyak kaum muda melayani di Gerejanya masing-masing.

Selain itu ada juga hobi menulis. Saya sendiri mulai "kecantol" dengan dunia tulisan. Setiap hari, selalu saja ada satu dua tulisan yang saya buat. Setidaknya jurnal harian dan refleksi harian. 

Saya merasakan bahwa apa yang tidak mungkin, bisa menjadi mungkin ketika bibit atau peluang untuk suatu kegiatan dipelihara, dipupuk, dilatih, dan dikoreksi orang lain. "Jangan malu jadi penulis!", titel artikel Mas Khrisna Pabichara yang bisa mendongkrak semangat dan ketekunan dalam menulis. Nilai motivasi dari artikel ini saya kira sungguh mahal untuk memacu para "tunas" penulis untuk setia dan terus melatih diri menjadi penulis. 

Tidak salah seorang religius punya ketertarikan terhadap dunia tulisan, apalagi religius itu adalah religius imam. Kelompok religius imam akan selalu berhadapan dengan tulisan. 

Dalam mempersiapkan kotbah, si imam harus baca beberapa referensi tafsiran agar konteks bacaan tidak keliru; imam juga harus menulis kotbahnya agar outline nya jelas dan runtut; katekese yang disampaikan pun harus dibaca dari buku referensi resmi gereja dan itu ditulis agar si imam tidak canggung menyampaikannya. Masih banyak dimensi lagi dimana seorang religius harus bergandengan dengan dunia tulisan. Terlebih lagi bagi mereka yang menjadikan tulis-menulis sebagai hobi dan sudah dipublikasikan serta mendapat pengakuan dari dunia jurnalistik ternama. Kembali lagi, itu adalah pewartaan.

 ****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun