Menarik mengikuti berita seputar vaksinasi Covid 19. Syukur, para tenaga kesehatan dalam tempo yang cukup lama telah berhasil meracik suatu vaksin yang diharapkan mampu melawan dan memandulkan Covid 19. Cukup lama waktu yang dibutuhkan, hampir setahun (Desember 2019). Dalam dinamika dan gejolak kekhawatiran, sinar harapan sudah makin tampak, bahwa kita akan sehat dan tidak perlu khawatir dengan Covid 19.
Semenjak Covid 19 mewabah di dunia, para ahli berlomba-lomba mencari bahan ramuan dan meracik vaksin yang berdaya guna meningkatkan imunitas tubuh terhadap Covid 19. Isu demi isu beredar bahwa vaksin telah ditemukan di Cina, Amerika, dan Jerman.
Setelah diteliti dan ditelusuri secara jelas, ternyata kabar itu hoaks. Ternyata, masih sempat-sempatnya si manusia berbagi isu hoaks di tengah kemelut dahsyat yang tengah menerpa miliaran umat manusia.
Revolusi yang ber-evolusi
Meski tidak mengerti dunia medis secara akurat, rasanya kita perlu percaya dan berterima bahwa dibutuhkan waktu yang cukup lama menemukan vaksin suatu penyakit baru. Apalagi penyakit itu menjadi pandemi oleh WHO. Saya mencoba mengklik satu demi satu laman website yang akuntabel berharap belajar sedikit tentang dunia medis.
Di salah satu laman yang saya telusuri, dikatakan bahwa sejak uji klinis, pengembangan, hingga penerapan vaksin dibutuhkan waktu sekitar 5-10 tahun. Itu baru paten. Para tenaga medis perlu mencoba menyilang resep agar vaksin tidak hanya mampu menangkal Covid 19 masuk tubuh, tetapi juga aman bagi tubuh manusia.Â
Kemudian, karena saking hebat dan majunya pengetahuan dan perkembangan ide manusia, vaksin yang butuh evolusi disulap menjadi revolusi. Yah, revolusi. Diksi ini saya pilih karena memang, melihat kinerja tenaga medis global, vaksin diklaim sudah ditemukan, meski masih dalam tahap uji III (semisal di Bandung). Bukankah ini pencapaian yang gemilang?Â
Kita tidak tahu sejauh mana vaksin itu aman. Selain aman, pernah vaksin dipertanyakan oleh banyak orang, "Halalkah vaksin itu seturut kriteria MUI? Diskusi tentang "halalitas" vaksin sampai sekarang belum bisa definitf. Hanya, sejauh ini, setelah melakukan penelitian dan pengamatan langsung di Cina, MUI berani berkata bahwa vaksin itu halal. Ini juga bisa diterima sebagai sebab lamanya vaksin tiba di Indonesia dan disuntikkan kepada WNI.
Vaksin Covid 19 memang dihadapkan dengan proses evolusi dalam revolusinya. Selain untuk menyelamatkan nyawa miliaran manusia di bumi, vaksin bisa menjadi sarana apresiasi terhadap negara, kelompok, atau person cemerlang penemunya.
Maka, tak heran setiap negara mengerahkan orang pilihannya untuk "berlomba" di panggung penemuan vaksin Covid 19. Hasilnya pun ekspres. Tanpa menunggu lima hingga sepuluh tahun, vaksin sudah ditemukan. Sungguh suatu proses revolusi.Â
Ikut memesan, Indonesia langsung mendatang sekitar 1,5 juta vaksin Sinovak dari Cina. Pesanan pun datang pada 6 Desember yang lalu. Selain itu, masih direncanakan oleh Bapak Jokowi untuk mendatangkan vaksin yang jauh lebih banyak jumlahnya agar dapat diterima oleh seluruh WNI tanpa terkecuali. Terima kasih, Pak Jokowi! Dan lebih senangnya lagi, vaksinnya gratis. Mauliate ma Pak Jokowi!Â