MAESTRO YANG TAK TAMPAKÂ
Bayangkanlah Batak tanpa ulos?
 Itulah bayangan-pertanyaan paling menggelisahkan Dewi Sartika Bukit (l. 1981) setelah bertemu dengan seorang perempuan pengulos di sebuah kampung di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara, pada 2018.Â
Dengan bayangan-pertanyaan itu, Dewi Sartika Bukit terpanggil untuk menjawabnya secara saksama melalui riset etnografis pada akhir 2022. Hasilnya, ratusan foto dan film dokumenter yang meyakinkan bahwa tanpa ulos dan perempuan pengulos, Batak akan kehilangan "nama" sehingga Batak bakal "berlubang" di jantung kebudayaannya.Â
Itu sebabnya, ulos bukan sekadar selembar kain, melainkan penanda eksistensial Batak. Itu sebabnya pula perempuan pengulos bukan pembuat kain belaka, melainkan pencipta dan penjaga martabat Batak. Tanpa mereka, bisa dipastikan, ulos akan punah dan sirna pulalah sesuatu yang berharga dalam kebudayaan Batak.Â
Maka, bisa dimengerti jika Dewi Sartika Bukit, alumnus Fakultas Seni dan Media Rekam, Jurusan Fotografi, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, dengan foto dan film dokumenter, berikhtiar memberikan harga kepada ulos dan perempuan pembuat ulos yang hampir-hampir tak teracuhkan, kalau bukan tersia-siakan, di sejumlah kampung di seputar Danau Toba.Â
Dengan itu, tepatlah jika Dewi Sartika Bukit, alumnus Program Pascasarjana Penciptaan Fotografi ISI Yogyakarta ini mengakui dan menghormati perempuan pengulos sebagai "Maestro yang Tak Tampak".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H