Mohon tunggu...
Ari Fuatik
Ari Fuatik Mohon Tunggu... lainnya -

nyaris tak punya kegemaran selain bermain dan menonton sepakbola.\r\n\r\nContact: arifunatik@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Saya Harap Timnas Gagal

14 November 2012   14:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:22 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Tidak terasa, kita hampir sampai lagi di penghujung tahun. Seperti biasa, setiap tahun genap, dihelat pagelaran sepakbola paling akbar se-Asia Tenggara. Dua tahun yang lalu, Indonesia menjadi salah satu tuan rumah bersama Vietnam. Sedangkan tahun ini, kejuaraan bertajuk Piala AFF itu digelar di Malaysia dan Thailand.

Piala AFF adalah ajang yang paling saya tunggu-tunggu sebagai penonton sepakbola. Saya memang menikmati liga-liga Eropa setiap akhir pekan. Saya juga punya klub favorit di sana. Tapi untuk urusan tim nasional, saya tidak menggemari tim mana pun. Hanya Timnas Indonesia. Tanpa alasan. Dan sekarang, hanya di Piala AFF Indonesia mampu bersaing. Di ajang-ajang dengan skala yang lebih besar, lolos dari kualifikasi saja sulit.

Inilah menariknya menjadi fans dan suporter Timnas Indonesia. Apalagi bagi yang baru menonton sepakbola belasan tahun belakangan seperti saya. Bukan penonton yang sempat menyaksikan aksi Ramang yang kehebatannya sampai dibahas di situs FIFA. Timnas Indonesia yang saya tonton tak pernah berhasil mempersembahkan gelar. Terus-menerus memaksa kita untuk bersabar. Sangat tidak cocok bagi glory hunter fans.

Di ajang ini pun demikian. Walaupun sudah berevolusi dari Piala Tiger menjadi Piala AFF, Indonesia sama sekali belum pernah berhasil keluar sebagai juara. Dua tahun lalu kita berhasil mencapai final. Tapi kemenangan 2-1 atas Malaysia di Gelora Bung Karno menjadi sia-sia, karena mereka membantai kita 3-0 di leg pertama di Bukit Djalil.

Dua tahun lalu juga gerakan untuk menurunkan ketua PSSI waktu itu, Nurdin Halid, gencar didengungkan. Di twitter, gerakan itu berlabel hashtag #NurdinTurun. Minim prestasi, dugaan korupsi, politisasi sepakbola, hingga melegal-ilegalkan liga sehingga membuat sepakbola Indonesia kian karut-marut.

Akhirnya Nurdin Halid pun turun. Naiklah penggantinya, Djohar Arifin. Firasat saya sudah tidak enak saat Djohar kemudian melakukan hal yang dilakukan Nurdin, tapi mengganti objeknya. Nurdin mengakui ISL dan tidak mengakui IPL. Djohar melanjutkan kepemimpinan Nurdin dengan melegalkan IPL dan mengilegalkan ISL. Sami mawon. Kemudian muncullah kelompok yang berseberangan dengan PSSI dan menamai diri mereka Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI). Tambah ruwet!

Timnas adalah muara dari kompetisi yang baik. Well, sebobrok-bobroknya Timnas Inggris, kita masih menyaksikan mereka tampil di Piala Dunia 2010 lalu. Jika pengurus sepakbola masih sibuk pada penentuan liga yang benar dan liga yang salah, apa yang akan kita tonton kecuali perkelahian mereka yang saling berbeda pendapat itu? Belum lagi jika harus membahas profesionalitas pemain, stadion bertaraf internasional, dan tetek bengek lainnya.

Geregetan dengan karut-marut ini, saya sempat berharap Indonesia di-banned FIFA. Dilarang melakoni laga internasional selama 5 tahun, misalnya. Kemudian sepakbola dikelola orang-orang baru yang… Ah, rasanya kita semua sudah hafal definisi pengurus sepakbola yang kita harapkan.

Oleh karena itu, di Piala AFF kali ini, seperti biasa saya akan mendukung Timnas Indonesia. Tapi saya berharap Timnas gagal, karena khawatir gelar juara hanya akan menjadi klaim kesuksesan sekelompok orang.

Surabaya, 14 November 2012 5:57

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun