Mohon tunggu...
Tiana
Tiana Mohon Tunggu... Freelancer - Slow Reader

Love book and sky. Slow Reader and Autumn Lover.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

[Resensi Novel] Mengungkit Banyak Kisah Dalam "Sisi Tergelap Surga" Karya Brian Khrisna

13 Januari 2025   16:28 Diperbarui: 13 Januari 2025   16:28 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sisi Tergelap Surga  (Sumber: Dokumen Pribadi)

1. Identitas Novel

Novel ini diberi nama "Sisi Tergelap Surga" goresan tinta dari Brian Khrisna dan diterbitkan pada tahun 2023 oleh Gramedia Pustaka Utama yang memiliki 304 halaman berlatarkan cerita kehidupan yang penuh tantangan berlabel 17+  dengan no 

ISBN :978-602-067-4384.

2. Orentasi Novel

"25 Tahun hidup sebagai anak penjual nasi di pinggir jalan membuatnya akrab dengan hal-hal yang jarang sekali diketahui orang."

Secuil kalimat pembuka dari profil Brian Khrisna menjadi landasan cerita pada novel ini berlatarkan bagaimana kerasnya kehidupan yang terkadang kita tidak menyadarinya.

Novel yang diangkat dari berbagai kisah nyata kehidupan memang tidak ada matinya untuk bisa menguras emosi, air mata dan juga memberikan nilai moral yang paling berharga yang tidak mudah kita dapatkan walau hanya sekedar untuk bisa membuka pemikiran kita tentang apa arti kehidupan yang sesungguhnya.


3. Sinopsis Novel

Jakarta kerap menjadi pelabuhan bagi mereka yang datang membawa sekoper harapan. Mereka yang siap bertaruh dengan nasibnya sendiri-sendiri. Namun, kota ini selalu mampu melumar habis harapan dan menukarnya dengan keputusaasan.

Di Jakarta, semua orang dipaksa bergelut dan  bertempur demi bisa hidup dari hari ke hari.

Dan di kampung inilah semua itu dimulai. Sebuah cerita tentang kehidupan orang-orang yang hidup di sisi tergelap surga bernama Jakarta.


4. Kelebihan Novel 

  • "Di perkampungan kumuh di pinggir kota itu, menjadi perawan tua berarti menjadi orang yang paling haram dan hina. Persetan dengan gelar, perempuan tugasnya cuma untuk mencetak keturunan." (Hal. 12)
  • "Orang miskin tidak berhak sakit. Orang miskin tidak boleh mati. Mereka yang hidup tanpa mengenal kata manja, anehnya justru paling sering mengalami kehilangan, diinjak, dan dijatuhkan." (Hal.38)
  • "Tuhan adalah seadil-adilnya hakim di seluruh dunia akhirat. Maka janganlah kamu berusaha menjadi Tuhan di dunia ini, dengan sombongnya merasa lebih baik dari orang lain." (Hal.137)


Dari tiga kutipan diatas kita diajarkan bagaimana memandang kehidupan seseorang dengan kedua penglihatan yang di ciptakan Tuhan bukan sengaja menutup mata dan memberi penilaian tanpa melihat dari kedua sisinya.

Banyak pesan moral yang diutarakan dalam bait kalimat yang disusun oleh Brian Khrisna yang bisa kita jadikan satu pegangan bahwa dalam kehidupan yang layaknya surga didepan harapan ribuan manusia, ternyata menyimpan sisi kelam yang sangat mencekam bahkan nafaspun tersendat olehnya.

Terkadang apa yang kita lihat indah tidak selamanya indah begitu juga sebaliknya. Novel ini menawarkan begitu banyak tantangan yang dibalut menjadi sebuah cerita yang layak untuk dibaca dan direnungkan.

Bagimana jalan hidup Juleha dan Ujang yang menguras air mata, pengabdian seorang anak bernama Gofar yang penuh emosi dan besarnya tanggung jawab yang dipikul oleh Danang dituturkan dengan bahasa yang vokal dan lantang menjadi ciri khas novel ini.

5. Kekurangan Novel 

Hanya satu kekurangan novel ini. Ada beberapa kata yang sangat vulgar dan berani yang tertulis untuk menggambarkan suatu kejadian sehingga membuat novel ini memiliki keterbatasan usia untuk mereka yang ingin membacanya.

Tanda 17+ sebagai peringatan hanya untuk pembaca dengan usai 17 tahun keatas yang ada disudut belakang novel sedikit kecil membuatnya luput dari penglihatan.

6. Kesimpulan 

Ku rekomendasikan novel ini untuk membuka mata, hati dan fikiran kita bagaimana caranya memandang manusia layaknya manusia bukan lagi sebagai alat atau yang paling kejam sebagai binatang. Karena jalan nasib seseorang sudah tertulis dan kita tidak berhak untuk memakinya apalagi menghakiminya layaknya Tuhan. Sejatinya kita adalah manusia kosong yang diciptakan Tuhan untuk saling mengasihi bukan menghakimi.


Saran saja, siapkan waktu yang longgar, tissue dan juga hati yang lapang untuk membacanya, karena aku tidak bisa menjamin kalau tidak menangis atau paling tidak dada yang terasa sesak. Selamat berlayar di gelapnya surga kawan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun