[caption id="attachment_32013" align="alignright" width="298" caption="KOMPAS/Lasti Kurnia"][/caption] "Masa-masa penghujung setiap jenjang pendidikan merupakan masa-masa penyiksaan", begitu kata orang-orang di sekitarku. Terbayang ujian-ujian yang harus kuhadapi saat semester akhir. Try Out berkali-kali, ulangan akhir semester yang terakhir, ujian akhir sekolah baik teori maupun praktek, juga ujian penentu bertaraf nasional yang sering kontroversial. UN. Sebenarnya, keberadaan UN tidak terlalu membuatku stress. Tapi perubahan jadwal UN lah yang sukses membuatku merinding. Pasalnya, aku dan teman-teman sekelas (aksel 2) harus menerima keganasan Ulangan Akhir Semester lebih cepat 1 bulan (2 minggu lagi!). Dan itu berarti akan terjadi pemadatan jadwal pada semester ini. Belum lagi yang harus kami hadapi pada semester berikutnya (seperti yang sudah kusebutkan sebelumnya). Entah apa hanya aku yang merasa takut atau tidak. Aku baru mengerti alasan dimajukannya jadwal UN ini. Kata ibuku, UN dipercepat karena adanya Ujian Ulangan bagi siswa yang tidak lulus. Rasanya aku ingin bilang pada beliau, "Aduuh andai UN ga perlu dimajuin ya ma..." tapi aku tidak perlu mengatakannya. Ibuku pasti menjawab, "Masalah UN dimajuin itu ga penting. Yang penting kamu sadar apakah kamu sudah siap menghadapi UN. Kamu sendiri yang tau jawabannya." Tentang UN itu sendiri, banyak yang bilang Ujian Nasional itu berguna sebagai tolak ukur kemampuan siswa setelah belajar di setiap jenjang pendidikan. Pemanfaatannya diperluas dengan menjadikan UN sebagai tiket untuk masuk ke sekolah negeri jenjang berikutnya (untuk SD dan SMP). Menurutku, segi positif dari UN itu adalah:
- UN yang hanya 4 pelajaran lebih mudah dibandingkan dengan Ujian Sekolah.
- Keuntungan bimbel-bimbel dan les privat meningkat
- Munculnya "The Power of Kepepet" ketika UN dimajukan
- Mempermudah proses masuk ke jenjang berikutnya
Namun segi negatifnya adalah:
- Pelajaran-pelajaran non UN dianggap tidak penting
- Munculnya pikiran "buat apa kita belajar pelajaran setumpuk kalau yang menentukan kelulusan kita cuma 4 pelajaran?"
- Seringkali hasilnya tidak sama dengan usaha siswa (yang pintar NEM nya kurang memuaskan, yang di bawah rata-rata NEMnya justru melonjak tiba-tiba - bukan karena makin rajin).
- Karena bersifat nasional (luas), kadang terjadi kesalahan dalam membuat soal atau dalam pemeriksaan.
- Munculnya ketidaklulusan yang disebabkan Faktor X pada lembar LJK atau scanner
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI