Mohon tunggu...
Tiaalvianij
Tiaalvianij Mohon Tunggu... Dokter - dr. Tia Alviani Juwita

Alumnus Universitas HKBP Nommensen. Saat ini bekerja sebagai Dokter Umum. Saya senang berbagi informasi dan edukasi kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenali Kusta dan Hentikan Stigmanya di Masyarakat

7 Februari 2024   22:45 Diperbarui: 8 Februari 2024   02:02 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kusta merupakan salah satu penyakit kulit menular yang sering disalahpahami oleh masyarakat. Bahkan tak jarang orang yang memiliki penyakit kusta menjadi dikucilkan di lingkungan masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya edukasi perihal penyakit kusta.

Apa itu Kusta?

Kusta, memiliki nama lain Morbus Hansen atau dikenal juga sebagai lepra, adalah penyakit kronis menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini dikategorikan sebagai penyakit kronis karena kusta menyerang saraf tepi dan kulit.

Sehingga akan berpotensi membawa kerusakan permanen jika tidak diobati.

Kusta telah ada sejak zaman dahulu. Bukti sejarah menunjukkan bahwa penyakit ini telah ada sejak 4.000 tahun sebelum Masehi di Mesir, India, dan Tiongkok. Kusta juga disebutkan dalam Alkitab dan Perjanjian Baru.

Pada masa lampau, kusta sangat ditakuti dan distigmatisasi. Penderita kusta sering dikucilkan dari masyarakat dan dipaksa untuk tinggal terpisah secara berkelompok. Stigma ini masih ada di beberapa bagian dunia, termasuk Indonesia.

Stigma Buruk di Masyarakat

Sayangnya, stigma dan diskriminasi terhadap penderitanya masih membayangi. Ketakutan dan kesalahpahaman menjadi akarnya, seperti anggapan bahwa kusta mudah menular, sebagai penyakit kutukan, dan mengharuskan penderitanya dikucilkan.

Kenyataannya, kusta tidak mudah menular, membutuhkan kontak erat dan lama. Kusta bukan kutukan, melainkan penyakit medis seperti lainnya. Dan pengucilan sama sekali tidak diperlukan.

Akhirnya stigma ini justru membawa dampak negatif bagi penderitanya, seperti tertundanya diagnosis dan pengobatan, depresi dan kecemasan, hingga kesulitan dalam kehidupan sosial dan ekonomi.

Melawan Stigma dan Membangun Dukungan Positif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun