Mohon tunggu...
Tia Enjelina
Tia Enjelina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (20107030043)

Communication kid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat Sisi Lain dari Kemistisan Sesajen

4 Maret 2021   15:47 Diperbarui: 6 Maret 2021   16:02 2081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Hati-hati untuk tidak menginjak sesajen. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Persembahan untuk ritual pemujaan makhluk-makhluk gaib, itu yang mungkin 'mak sliwet' lewat di pikiran sebagian orang ketika mendengar kata 'sesajen'. 

Sampai saat ini pun sepertinya sesajen konotasinya masih agak negatif di telinga banyak orang. Apalagi sekarang dengan banyaknya film-film yang mengusung tema mistis tentang tanah jawa, sesajen jadi terdengar lebih seram.

Untuk menenangkan arwah gentayangan lah, untuk menyembah roh halus lah dan asumsi asumsi lain yang horror. 

Oleh karena itu perlu kita ketahui bersama bahwa sesajen sebenarnya dianggap sebagai media komunikasi antara manusia dengan Sang Pencipta yang menjadi simbol rasa syukur atas karunia-Nya dan juga merupakan pusat pengharapan segala keinginan manusia.

Hal ini ada kaitannya dengan akulturasi budaya Islam pada masa awal penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Yang pada masa itu para wali menyebarkan agama islam secara damai tanpa paksaan dan disesuaikan dengan kebudayaan serta tradisi yang sudah mengakar kuat di tanah jawa. 

Di daerah saya yakni di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, tepatnya di dusun Geneng tradisi membuat sesajen masih dipegang teguh masyarakat meskipun tata cara pelaksanaan ritual sudah sering berubah seiring dengan perkembangan zaman.

Tapi nampaknya sekarang kata sesajen dirasa kurang enak didengar di jaman modern seperti sekarang, maka lebih sering disebut tumpeng ketimbang sesajen. Kita selalu bisa menemukan tumpeng di setiap tradisi peringatan masyarakat desa. 

Salah satunya dalam tradisi bersih desa atau kami sebut dengan istilah 'rasulan'. Bukan bersih desa yang seperti anda pikirkan di mana masyarakat akan gotong royong dengan cara kerja bakti membersihkan lingkungan, bersih desa yang dimaksud adalah membersihkan desa dan penduduknya dari segala marabahaya dan ketidakberuntungan.

Ritual akan dilaksanakan di salah satu rumah warga, atau biasanya di rumah kepala dusun. Seperti kebanyakan rumah joglo atau rumah adat jawa tengah, terdapat ruangan yang cukup luas tepat di bagian tengah rumah. 

Dan di sanalah nantinya warga akan berdoa bersama melingkari tumpeng yang telah disusun.Tumpeng dikumpulkan membentuk gunungan dan di bagian atasnya terdapat pecut cambuk yang bermakna harapan dan panjatan doa yang lurus kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Namun jangan salah, setelah doa bersama, sajen atau tumpeng yang disiapkan nantinya akan dibagikan untuk warga dusun dan sebagian diberikan untuk pakan hewan ternak maupun hewan peliharaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun