Blitar-Segenap Tim dari Mahasiswi UM (Universitas Negeri Malang) melakukan implementasi Remiyangan (Remi Wayang Itung-itungan) di UPT SD Negeri Pasirharjo 01 Blitar dalam kurun waktu 19 Agustus -- 23 September 2023. Kegiatan ini dilakukan sebagai tindak lanjut pengabdian mahasiswa dalam upaya meningkatkan generasi njawani dan numerik di sekolah dasar. Banyak pihak memberikan afirmasi positif selama penerapan berlangsung.
Implementasi Remiyangan dilakukan sebagai tindak lanjut pengembangan Remiyangan sebelumnya oleh tim PPM UM (Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Malang). Kegiatan yang dibimbing oleh Ibu Yuniawatika, dosen PGSD UM ini berlangsung lancar. Menurutnya, media Remiyangan tepat untuk diterapkan di sekolah dasar terlebih mengangkat isu-isu yang masih menjadi perhatian dalam Kurikulum Merdeka. Pelaksanaan Remiyangan dikoordinasi oleh Rofi' dengan dua anggota lainnya, Kania dan Elok. Ketiganya mengaku bersyukur karena penerapan media Remiyangan dapat berjalan dengan baik di SD Negeri Pasirharjo 01.
Tim menjelaskan mekanisme pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dalam enam pertemuan, dua di antaranya digunakan untuk mengisi pretest dan posttest, sedangkan empat lainnya penerapan bersama siswa kelas IV. "Kami membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan 5-6 siswa per kelompok. Setiap kelompok mendapat satu set Remiyangan," ujar Elok. Pihaknya mengaku pembagian kelompok ini dapat meminimalisir terjadinya kegaduhan oleh siswa yang jumlahnya 36 anak. Selan itu, tim juga sudah menyediakan speaker dan gadget untuk dapat digunakan menjawab soal oleh masing-masing kelompok. "Sebelumnya memang kami sudah melakukan uji coba kelompok kecil, jadi tau mana yang perlu dibenahi ketika pelaksanaan," tambah Kania.Â
Sementara itu, alasan dilaksanakannya kegiatan pada 19 Agustus-23 September karena dalam kurun waktu tersebut pembelajaran belum sepenuhnya efektif sebab beberapa siswa masih mempersiapkan lomba peringatan Kemerdekaan. Tim juga berkolaborasi dengan guru kelas terkait pembagian jam pelajaran sehingga Remiyangan dapat diintegrasikan ke dalam muatan matematika dan bahasa Jawa. Ini dilakukan untuk meminimalisir potongan jam yang mengganggu pembelajaran.
Tim merasa semua berjalan lancar berkat kerja sama yang baik oleh banyak pihak termasuk sekolah mitra. "Kami merasa senang karena selain kepala sekolah dan Bapak/Ibu guru, siswa sangat antusias dengan kedatangan kami. Apalagi ketika kami membawa Remiyangan, sudah heboh sekelas," tutur Rofi'. Pihaknya mengaku pihak sekolah memiliki peran yang besar mulai dari proses pengembangan hingga pelaksanaan Remiyangan. "Tidak lupa juga peran LP2M Universitas Negeri Malang yang memberikan ruang, izin, dan dukungan kepada Remiyangan," tambah Rofi'.
Implementasi Remiyangan mendapat ulasan positif dari berbagai pihak. "Kegiatan ini bagus, melalui permainan Remi siswa menjadi tertantang untuk belajar numerasi dan menguasai bahasa krama," ucap Bapak Ridoulef selaku kepala sekolah. "Di kelas kami ada beberapa siswa yang masih sulit hitung-hitungan. Dengan adanya adik-adik mahasiswa dapat membantu saya meningkatkan kemampuan numerasi siswa-siswa tersebut," ujar Ibu Yuniartin selaku guru kelas IV. "Saya senang karena bisa mengenal wayang dan belajar matematika dari bermain remi," kata Aron selaku siswa kelas IV. "Unik dan seru banget, bisa belajar sambil bermain remi," tambah Nadin siswa kelas IV.
Segenap tim berharap Remiyangan dapat menjadi media pembelajaran yang tepat dan efektif bagi siswa kelas IV. Selain siswa, media ini diharapkan sebagai referensi untuk Bapak/Ibu Guru dalam melahirkan karya inovatif lainnya untuk belajar. "Nantinya media ini akan dihibahkan ke sekolah agar bisa daplikasikan oleh guru bersama siswa," ucap Ibu Yuniawatika.
Cek akun instagram: @remiyangan.ppmum
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H