Mohon tunggu...
Tiara Abdhie
Tiara Abdhie Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta program studi Jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merayu Konstituen dengan Retorika Politisi

7 Mei 2024   22:04 Diperbarui: 14 Mei 2024   23:07 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Syamsul Yakin dan Tiara Abdhie

(Dosen dan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Berdasarkan fungsinya, retorika memiliki tiga macam pengertian, yaitu retorika sebagai seni berbicara (the art of speech), retorika sebagai seni membujuk atau memengaruhi komunikan (the art of persuasion), dan retorika sebagai seni berbicara efektif (the art of using language).

Dalam ranah politik, para politisi membujuk dan memengaruhi masyarakat melalui retorika persuasif yang berdasarkan pada fungsi retorika kedua; the art of persuasion.

Retorika persuasif yang dilakukan oleh politisi merupakan seni berbicara yang dapat mengajak atau bahkan membujuk mayarakat untuk melakukan sesuatu.

Tujuan dari para politisi untuk melakukan retorika yang bersifat persuasif ini adalah untuk melakukan negosiasi kepada rakyat.

Kemampuan politisi untuk membujuk atau memengaruhi masyarakat melalui retorika ini sangat penting untuk dilakukan guna meyakinkan konstituen atau bahkan mengubah keyakinan masyarakat dalam menentukan pilihan.

Sebagai contoh, seorang politisi menggaungkan bahwa apabila ia terpilih menjadi anggota legislatif, maka harga pangan akan menurun. Selain itu, program pendidikan dan kesehatan gratis juga akan terwujud.

Dapat disimpulkan bahwa retorika politisi adalah seni komunikasi para politisi yang bersifat persuasif. Retorika ini digunakan untuk melakukan representasi diri, menuturkan visi, juga membangun opini masyarakat.

Jika diperhatikan, kemampuan pidato persuasif seorang politisi untuk memberikan inspirasi kepada masyarakat, mengorganisir massa, bahkan mencetak sejarah baru bangsa dan negara kerap kali terbukti.

Tak jarang retorika politisi digunakan untuk melakukan negative campaign atau merayu konstituen melalui berbagai program dan janji kampanye, yang pada hakikatnya hanya digunakan demi mendapatkan suara elektoral.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun