Mohon tunggu...
Tia Sulaksono
Tia Sulaksono Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Random writer🔸Random photographer🔸Random learner Menulis itu foya foya rasa. Berpestalah dengannya agar kau bisa membungkam monyet dalam kepalamu yang berisik.

Random writer, suka menulis apapun. Buku solo: Petualangan Warna-Warni (kumpulan cerpen anak), JERAT KELAM (antologi cerpen horor). Dan 17 buku antologi puisi dan cerpen. Cerpen 'Tledhek Desa Kedungmati' juara 1 sayembara pulpen Kompasiana XVII. Cerpen 'Oetari' juara 1 lomba cerpen Arkaiscreative Publishing. Cerpen '6174' dan 'Boneka' juara harapan 2 Geladerikata. 'Multikultur Budaya Leluhur' terpilih menjadi juara 2 lomba menulis bersama Golagong. Cerpen 'Dunia Belum Kiamat' juara harapan 2 lomba Epilog Geladerikata. Buku kumcer Jerat Kelam meraih juara 2 Arkaiscreative. Penulis terfavorit versi Ellunar Publisher th 2022. Penulis terfavorit versi Ellunar Publisher th 2023. Perempuan biasa yang terbuat dari bahan organik tanpa pemanis buatan. Introvert yang hanya ingin dikenal melalui karyanya. Betina misterius dan keras kepala. Jangan panggil bu, karena bukan buibu. Antimainstream yang muak dengan hal template.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seorang Anjing dan Tiga Ekor Paijo

19 Januari 2025   21:25 Diperbarui: 19 Januari 2025   21:19 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dibantu Meta AI

Ketiga Paijo berdiri di depan pagar balai desa untuk menghadang lurah. Seorang pria berkemeja rapi maju memperkenalkan diri, yang disusul oleh seseorang lainnya. 

"Saya Paijo."

"Paijo lagi? Sampeyan yang baju kuning, Paijo juga?" Pak Lurah kaget mendapati kedua nama yang sama.

Paijo baju kuning mengangguk santun. Tanpa sadar Pak Lurah memukul tembok pagar. Sekarang ada tiga nama, pikirnya.

"Cak Paijo ... Ah bagaimana saya harus memanggil nama sampeyan semua satu per satunya?"

"Kulo Paijo Brambang, Pak Lurah. Sebelah saya, yang jidatnya ada codet, itu Paijo Kampret dan yang ujung juragan Paijo," sahut Paijo baju kuning. 

"Singkat saja, Pak Lurah. Kami semua ingin melaporkan penyalahgunaan nama Paijo," ucap juragan Paijo berapi-api.

"Ini gara-gara bocah bernama Ongko, Pak. Dia namai kereknya pakai Paijo." Paijo Brambang menimpali. Tangan kirinya sibuk merapikan kerah baju kuningnya. 

"Intinya kami tak terima nama kami dipakai untuk anjing. Pak Lurah harus bertindak," teriak Paijo Kampret. Suaranya kencang, ludahnya menyembur seperti hujan musim kemarau. 

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun