Setelah itu, Amir mengembalikan surat tersebut kepada orang tua Astiah dan menulis banyak terima kasih serta menjelaskan kejadian sapu tangan yang tertukar. Kejadian ini rupanya membuat Mas Soewondo tertarik dengan Amir dan ingin menjadikannya menantunya, Ia berkunjung ke rumah Amir untuk bertemu dengan keluarga Amir di Bandung.
Seperti biasa, Amir sedang melatih tentara, agendanya bercocok tanam. Lalu ibu Amir membuka perbincangan tentang keinginannya yang tidak disetujui Amir, kapan Amir akan beristri, namun jawaban Amir tetap sama. TIDAK. Alasannya, dia fokus pada mimpinya menjadi seorang jenderal dan tidak ingin meninggalkan ibunya sendirian. Namun, Nyi Zubaidah tidak terlalu kecewa ketika menemukan lukisan gadis dan sapu tangan bertuliskan nama Astiah di kamar Amir dan diduga Amir mengincar gadis itu.
Tanpa sepengetahuan Amir, Mas Soewondo dan istrinya datang ke rumah, Ibu senang bertemu dengan seorang teman yang sudah lama tidak bertemu, tetapi Astia tidak datang, ibu Amir mengajak nya berkeliling kota Bandung dan mengunjungi tempat-tempat indah, namun tak lama kemudian mereka kembali.
Tak lama kemudian Nyi Zubaidah menagih janjinya kepada Amir. Nyi Zubaidah segera mengutus orang ke Mas Soewondo untuk mengabarkan niatnya melamar Astiah. Keluarga Astiah pun setuju, dan Amir senang dengan keputusan tersebut.
Keesokan harinya Amir kemudian kembali ke Jakarta menemui Astiah untuk melakukan pertemuan, pertemuan tersebut sangat memuaskan kedua belah pihak dan tidak heran jika pertemuan ini dapat dilakukan secara mesra. Tak butuh waktu lama Amir meyakinkan keluarga Astiah untuk mempercayai niat Amir menghubungi Asiah dan ia meminta izin untuk membawa Astiah ke beberapa tempat yang indah.
Nyi Zubaidah sangat menyukai Astiah, dia gadis yang gesit dan serba bisa, Astiah tidak hanya pintar tapi juga santun dalam tingkah lakunya. Malam itu, Amir sangat kesal dengan Astiah karena sedang berada di Jakarta dan ingin segera menemui kekasihnya. Namun tiba-tiba sekelompok tentara datang untuk memberi selamat kepadanya, Amir bertanya-tanya mengapa mereka memberi selamat kepadanya, segera dia diberitahu bahwa surat telah dikirim dari markas yang berisi surat untuk menjadi sukarelawan, Amir merasa campur aduk dengan kesedihan.
Dengan surat itu dia tidak lagi bergembira mendengar kabar itu, tetapi ada hal lain yang dipikirkan nya ketika dia menjadi jenderal, apa yang akan terjadi pada ibunya, saudara perempuannya, dan kekasihnya Astiah, yang akan dia tinggalkan. Amir kaget saat itu juga, dia langsung meminta pendapat ibunya untuk mencari solusi agar bisa keluar.
Ibunya juga mengerti apa yang Amir rasakan karena dia sama ketika bersama ayahnya, yang terpenting baginya adalah keputusan Amir sendiri, tentu Astiah kedua belah pihak dalam keluarga sama dengan Zubaidah tetapi tidak terlalu terlibat dengan anak perempuan mereka, dia menyuruh Amir untuk bertemu dengan Atiah, pergi ke rumahnya dan membicarakannya dengan benar.
Keesokannya di hari minggu. Amir, ibu juga adik nya Atina menuju Jakarta menemui keluarga Astiah, dengan pikiran kalut dan resah Amir membenarkan tujuan ia menemui Astiah kalau ia akan pergi latihan opsir dan menjadi prajurit sukarela, dengan pelan ia menjelaskan kepadanya.Â
Namun tidak di sangka jawaban Astiah dalam menyikapi hal tersebut sangat dewasa, Astiah mengizinkan Amir untuk pergi dan keluarnya ikut bersama keluarga Astiah, pun ia juga sama hal nya akan menjadi prajurit juru rawat. Dengan berat hati kedua keluarga itu melepaskan anaknya yang ingin berjuang demi tanah air tercinta.
Secara keseluruhan, novel Cinta Tanah Air ini mampu memberikan pengalaman membaca yang intens dan menyenangkan. Dalam keadaan di mana nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme seringkali tidak ditekankan pada saat ini, novel ini dapat membawa para pembaca nya untuk menghargai bangsa dan memahami bagaimana sebenarnya perjuangan mereka yang telah berjuang sebelumnya untuk merebut kemerdekaan juga kisah perjalanan Amir dan Astiah sangat patut untuk di contoh, kita belajar bahwa merelakan itu tidak sepatutnya buruk, jiwa nasionalisme harus di utamakan jika ingin bebas dan percaya takdir akan di pertemukan kembali kelak jika memang harusnya dipertemukan.