Sejak resmi dilantik sebagai presiden kedelapan Republik Indonesia pada 20 Oktober 2024, Prabowo Subianto telah melakukan banyak kunjungan luar negeri dan berupaya membangun kerja sama di kancah internasional. Presiden Prabowo memulai kunjungan kenegaraan ke Cina, Amerika Serikat, Peru, Brazil, Inggris dan beberapa negara di Timur Tengah. Kunjungan luar negeri ini dinilai dapat menjadi momentum peningkatan kerja sama bilateral dan multilateral.
Salah satu kerja sama yang paling banyak disorot adalah bergabungnya Indonesia ke BRICS. BRICS merupakan aliansi ekonomi yang didirikan oleh Brazil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan tahun 2006 dan diperkirakan akan mendominasi ekonomi global pada tahun 2050. Hingga saat ini BRICS memiliki 10 anggota resmi yaitu Brazil, Rusia, India, Cina, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.Â
Bergabungnya Indonesia ke BRICS menuai beragam tanggapan baik dari pemerintah maupun masyarakat. Pemerintah Indonesia melihat BRICS sebagai platform yang strategis untuk memperkuat kerja sama global. BRICS dinilai mampu mengurangi ketergantungan pada negara-negara Barat, khususnya dalam hal perdagangan dan pendanaan. Meskipun begitu, bergabung dengan BRICS juga menciptakan kekhawatiran geopolitik. Sebagian masyarakat khawatir bahwa bergabung dengan BRICS bisa menimbulkan ketegangan dengan negara-negara Barat, terutama AS, yang merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia. Namun, sebagai sosok yang paham politik internasional, Prabowo Subianto besar kemungkinan telah mempertimbangkan risiko tersebut.
Menteri Luar Negeri Sugiono menyampaikan keinginan Indonesia bergabung dengan BRICS saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS di Kazan, Rusia pada Kamis, 24 Oktober 2024. Sugiono menjelaskan bergabung dengan BRICS bukan berarti berpihak pada kubu tertentu, melainkan bentuk partisipasi aktif di semua forum dan sebagai perwujudan prinsip politik luar negeri bebas aktif. Melalui KTT tersebut, Indonesia resmi menjadi negara mitra BRICS bersama 12 negara lainnya. Bergabungnya Indonesia ke BRICS memberi kesempatan bagi Indonesia untuk menggali potensi pasar global. Berikut beberapa potensi atau keuntungan yang akan diperoleh Indonesia.
1. Mengembangkan Kerja Sama Ekonomi
BRICS menjadi platform mengembangkan kerja sama ekonomi termasuk perdagangan, investasi dan proyek pembangunan.  Melalui  New Development Bank (NDB), lembaga bentukan BRICS,  negara anggota BRICS dapat mengakses pendanaan  untuk proyek infrastruktur dan pembangunan tanpa ketergantungan pada institusi keuangan Barat seperti IMF.  Melihat banyaknya pembangunan infrastruktur yang saat ini dilakukan, bergabung dengan BRICS menjadi suatu hal yang sangat menguntungkan. BRICS juga dapat memperbaiki sirkulasi ekonomi agar lebih berimbang antara negara Utara dan Selatan.
2. Menguatkan Posisi di Kancah InternasionalÂ
Kerja sama negara-negara BRICS dapat menyeimbangkan pengaruh negara maju dalam politik global dan keuangan internasional. BRICS menjadi wadah strategis untuk memperluas hubungan politik ekonomi dan meningkat pengaruh Indonesia di kancah global. Ikut berpartisipasi dalam BRICS membantu memperkuat suara negara berkembang. Â
3. Inovasi dan Teknologi
Negara BRICS sering bekerja sama dalam bidang riset dan inovasi, seperti proyek kesehatan, teknologi, dan energi. Hal ini memberi akses pada pengetahuan dan teknologi baru. Sebagai negara berkembang, inovasi dan teknologi baru memiliki peran yang sangat penting  karena dapat mendorong kemajuan ekonomi, sosial, dan lingkungan.Â