Mohon tunggu...
Thyrhaya Andini Z. Simanjuntak
Thyrhaya Andini Z. Simanjuntak Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Writing some issues about gender, mental health, and human being.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Menelusuri Penderitaan Eksistensial dalam Karangan No Longer Human oleh Osamu Dazai

4 Desember 2024   13:40 Diperbarui: 4 Desember 2024   13:44 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover novel No Longer Human, source : https://bookaddictslb.com/product/no-longer-human/

"Mine has been a life of much shame. I can't even guess myself what it must be to live the life of a human being."

Dua kalimat tersebut berasal dari halaman pertama novel No Longer Human yang merupakan kumpulan kata yang mampu menggambarkan bagaimana seorang manusia secara terus-menerus berusaha untuk menemukan sesuatu yang hilang dalam dirinya untuk dapat merasakan emosi, tingkah laku, hingga kehidupan manusia pada umumnya yang berujung kepada tubir kegilaan.

No Longer Human adalah karya lengkap terakhir pengarang Jepang, Osamu Dazai, tepat sebelum ia bunuh diri pada tahun 1948. Salah satu karangan terbaik Osamu Dazai yang menceritakan seorang lelaki yang tidak mampu mengungkapkan jati dirinya kepada orang lain sehingga mempertahankan perasaan terasingkan. 

Karya ini merupakan karya semi-autobiografi yang menggambarkan sebagian besar kehidupan Dazai melalui sudut pandang sang tokoh utama, Oba Yozo, yang hidup dalam ketakutan dengan pemikiran bahwa dia tidak sanggup menjalani kehidupan sebagai manusia. 

Melalui karakter Yozo, Dazai mengeksplorasi tema kesepian, isolasi, serta pencarian makna dan tujuan. Suasana kacau balau dan kecamuk batin yang ditutup-tutupi oleh karakter Oba Yozo ini dituangkan Dazai dengan begitu baik. Dia menggambarkan sosok manusia yang "tidak punya individualitas" layaknya tembok sehingga mampu membentuk karakter manusia yang begitu kosong. 

Pengalaman Yozo yang tertuang dalam novel tersebut dapat dirasakan oleh siapa pun yang pernah merasa tersesat atau sendirian, menjadikan novel ini bacaan yang sangat manusiawi dan emosional. Buku ini tidak hanya membahas kisah individu yang gagal dalam menjalankan hidupnya, tetapi juga menjadi sebuah kajian tentang kegagalan sosial dan ketidakmampuan dalam mencari makna kehidupan manusia sesungguhnya.

Membaca karya ini maka terlintaslah sebuah pertanyaan, apakah kita benar-benar dapat menemukan makna sejati dari sebuah kehidupan dengan menjalani peran sosial? Apakah dengan memainkan sebuah peran sosial akan membawa kebahagiaan atau malapetaka?

Keberadaan manusia selalu dipenuhi dengan pencarian yang tak ada habisnya, seperti pencarian makna kehidupan. Pencarian tersebut mungkin sudah menggelayuti banyak jiwa, dari zaman Yunani Kuno hingga zaman Pos Modern. 

Tidak jarang manusia merasa terasingkan di tengah hiruk pikuk dunia yang penuh dengan kejanggalan dan kebohongan. Perasaan terasingkan tersebut muncul dari individu yang tidak mampu berperan sesuai dengan ekspektasi masyarakat. 

Manusia yang memainkan peran sosial palsu untuk menyamakan ekspektasi masyarakat hanya akan berujung diselimuti oleh perasaan tidak terima yang sangat kuat, tidak mampu menunjukkan jati diri sebenarnya kepada orang lain, dan tidak mampu menemukan siapakah dirinya sebenarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun