Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Uang Kecil Membayar Uang Besar, Emang Ada?

21 Maret 2017   20:59 Diperbarui: 22 Maret 2017   05:00 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nangkring Kompasiana-Zurich (dokpri)

Hidup tenang adalah dambaan setiap orang. Tetapi kenyataannya, resiko hidup terkadang mengusik ketenangan kita. Resiko yang dimaksud bisa saja wujudnya seperti sakit, kecelakaan, kematian atau beberapa jenis resiko lainnya, tentunya yang tidak mungkin bisa kita hindari.

Sebagai manusia kita terbatas, terkadang kita tidak berdaya untuk menghindar dari resiko. Hanya yang bisa kita lakukan adalah mengalihkan resiko atau setidaknya meminimalkan resiko yang kita hadapi. Dengan demikian resiko yang dimaksud tidak sampai menimbulkan kerugian besar, menggadaikan atau menjual harta benda yang masih kita gunakan, atau lebih parahnya lagi harus mengalami kebangkrutan.

Pernahkan anda bayangkan seorang ayah yang menjadi penopang kehidupan keluarga menghadapi resiko yang dimaksud di atas tadi? Atau mungkin memiliki pengalaman sendiri?

Saya sendiri pernah melihat pengalaman keluarga teman. Teman tersebut telah memiliki dua putri. Bahkan kedua putrinya masih kecil, yang seorang masih TK dan yang seorang lagi belum bersekolah.

Kejadian yang tidak diduga dan tidak diharapkan pun akhirnya menimpa keluarga tersebut. Ayahnya sakit keras, bahkan harus dirawat di ICU selama berbulan. Pembaca sendiri mungkin tahu bagaimana biaya yang harus dikeluarkan ketika perawatan di ICU dengan waktu yang demikian. Ratusan juta harus lenyap seketika. Belum lagi harus berakhir dengan kematian. Keluarganya terpukul dan betapa sedih mereka kehilangan ayah yang sangat dicintai.

Sedihnya lagi bukan semata karena ditinggal, ternyata si ayah sejak dulu tidak memiliki asuransi sebagai pengalihan resiko. Baik asuransi kesehatan untuk penyakit kritis seperti yang dihadapi maupun asuransi jiwa.

Pembaca bisa membayangkan, betapa berat beban istrinya. Disaat anak masih kecil, butuh pendampingan, disisi lain istrinya harus beralih fungsi menjadi menjadi tulang punggung keluarga.

Dalam kondisi inilah sebenarnya sangat diperlukan asuransi sebagai tempat pengalihan resiko. Memang masyarakat kita umumnya banyak yang belum sadar arti pentingnya asuransi. Banyak orang yang beranggapan, bahwa asuransi itu tidak perlu karena kondisi masih sehat, produktif dan banyak uang. Ada yang berkata urusan asuransi nanti saja setelah ada uang.

Sebenarnya dalam kondisi ada uang atau sedang terbatas uang, disitulah sangat perlu membuat proteksi diri. Mengapa? Karena seseorang tidak akan ada tahu kapan resiko akan datang bahkan resiko itu sendiri tidak memilih orang yang akan mengalaminya.

Bukankah payung harus selalu sedia walau hujan belum datang? Helm harus tetap dikepala saat berkendara, walaupun pada akhirnya tidak pernah terjadi kecelakaan. Security di perusahaan tetap ada, padahal perusahaan tersebut tidak pernah kemalingan. Itulah namanya sikap bijak. Menyediakan sesuatu sebelum atau walaupun tidak tentu akan terjadi. Sebab bila kita lalai, tentu resiko dan masalah jauh akan lebih besar.

Lindungi Diri dan Keluarga, Tanggap Resiko Bencana Bersama Zurich

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun