Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Senin Bersama Bapak

17 Juli 2016   23:07 Diperbarui: 18 Juli 2016   00:12 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi : facebook Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI

Bagi siapapun, hari pertama itu tentu istimewa. Ada rasa penasaran dengan suasana dan pengalaman baru. Perasaan demikian pasti dialami anak-anak kita yang akan memulai hari pertamanya masuk sekolah.

Bagi murid yang naik tingkat, rasanya ingin bertemu dengan teman dan gurunya, bermain dan bercanda dengan sahabatnya, ingin berbagi cerita pengalaman selama liburan. Demikian dengan murid baru, ingin melihat sekolah barunya, duduk di ruang kelas bersama teman baru, tentu dilengkapi kebahagian dengan seragam barunya.

Wah, seru deh merasakan suasana yang demikian. Sebagai orangtua, kita bisa bayangkan sejenak ketika mengawali hari pertama masuk sekolah di SD, SMP ataupun SMA Terasa bahagia bukan? Tentu ada 1001 perasaan yang tak terucapkan dan indah untuk dikenang.

Ketika kita memosisikan diri pada situasi yang sedang dialami anak-anak kita,  tentu jauh lebih mudah, karena kita telah mengalami hal tersebut lebih dulu. Sekarang tinggal bagaimana kita berada di samping mereka, mendampingi mereka untuk merasa kebahagiaan yang akan dinikmati oleh anak-anak kita dihari pertama masuk sekolah.

Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh orangtua adalah menjadikan hari pertama masuk sekolah tersebut menjadi sebuah hari yang istimewa. Tentu dengan mengantarkan dan mendampingi anak hingga ke sekolah.

Sosialisasi gerakan untuk mengantar anak ke sekolah dihari pertama begitu gencarnya dilakukan oleh kementerian pendidikan. Baik melalui media massa (elekronik dan cetak), media sosial serta media-media lainnya. Menjadi hal yang unik dan menarik. Kita tahu bersama, bahwa gerakan yang demikian tidak pernah disosialisasikan segencar sekarang ini.

Mungkin ada yang beranggapan, bukankah anak saya sudah besar dan mandiri? Sehingga rasanya tidak perlu diantarkan lagi. Ada yang memilih supir dan mbaknya saja yang mengantarkan anak-anak mereka, itu sudah cukup. Atau seorang bapak beranggapan bahwa ini sudah menjadi tugas istri, biarlah seorang suami fokus mengurusi pekerjaan dan mencari nafkah saja.

Tapi saya yakin, disamping anggapan-anggapan di atas, banyak orangtua (secara bersama, bapak dan ibu) memiliki pemahaman tentang pentingnya mengantarkan anak dihari pertama sekolah.

Menurut pemahaman saya sebagai seorang pendidik (guru), saya sependapat dan mendukung gerakan mengantar anak dihari pertama masuk sekolah.

Bukankah ketika orangtua (bapak dan ibu)  mengantarkan anak dihari pertama masuk sekolah sedang membangun wujud perhatian, kepedulian dan keterbukaan akan pendidikan anak? Bukankah dengan cara ini orangtua menunjukkan bahwa orangtua sangat menghargai keberadaan anaknya, tentu sebaliknya anak tersebut akan menghargai orangtuanya?

Bukan itu saja. Ketika orangtua mengantarkan anak dihari pertama sekolah, orangtua dapat mengenali dan memahami lingkungan sekolah anak. Membangun interaksi dengan kepala sekolah, walikelas,  guru, tata usaha, sekuriti, serta orangtua siswa lainnya. Sehingga pada akhirnya tidak terjadi masalah atau kesalahpahaman antara orangtua dengan pihak sekolah atau sebaliknya. Tentu karena diawal telah dibangun rasa kekeluargaan, kepercayaan, kesalingbergantungan. Sehingga diharapkan berbagai kasus yang sering terjadi belakangan ini, akan lebih mudah dihindari. Bila masalah pun terjadi, tidak rumit menyelesaikan secara kekeluargaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun