“Pos….” teriak tukang pos.
Karena belum ada sahutan dari dalam rumah, dia mengulangi lagi.
“Pos…..”
Saya dan adik-adik berlari dari rumah menuju halaman rumah untuk nyamperin tukang pos.
“Ini ada surat dek,” kata tukang pos. Lalu tukang pos bilang lagi, “tolong titip sama papanya ya!”
“Baik pak!” Sahutku sambil menerima sepucuk surat.
“Terimakasih Pak Pos!” lanjutku.
Kami masuk rumah mendekati ayah yang sedang sibuk mengetik sedari tadi. Lalu menyerahkan surat itu ke ayah. Tanpa berlama-lama ayah kami mulai membuka surat tersebut.
Bagi sebagian orang, mungkin setelah terima surat dari tukang pos pasti ada yang langsung nyanyi…. “Hari ini kugembira, melangkah di udara, Pak Pos membawa berita dari yang kudamba, sepucuk surat yang wangi, warnanya pun merah hati…………” pembaca lanjutin aja ya! Hahahaha….
Kalau ini beda dong. Ayah kami pelan-pelan mulai membaca suratnya. Wajahnya malah terlihat bahagia campur sedih. Kami penasaran. Sebelum kami bertanya ayah langsung angkat bicara.
“Bulan depan kita akan pindah ke Sibolga” Ayah dapat tugas (tempat pelayanan baru).