Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

HarukaEdu, Gaya Belajar Kekinian

25 Mei 2016   15:57 Diperbarui: 30 Mei 2016   09:55 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nangkring HarukaEdu bersama Kompasiana di Pomelotel. (sumber gambar : twitter HarukaEdu)

Ketika mau berangkat menuju Pomelotel, tempat dilaksanakannya acara “Nangkring Harukaedu dengan Kompasiana”, saya bertemu dengan seorang teman. Pak Sihombing. Beliau menawarkan tumpangan karena saya sedang berdiri di pinggir jalan menunggu bis internal perumahan menuju feeder busway. Dengan senang hati saya menerima tawarannya, saya masuk ke mobil. Selama di mobil kami bercerita banyak hal. Dan akhirnya, pembicaraan kami sampai juga ke topik pendidikan.

“Saya menyesal dulu tidak bisa kuliah. Ternyata banyak kesempatan berharga yang hilang. Beginilah hasilnya, saya hanya sebatas karyawan biasa saja. Kerja kesana kemari, tapi hasilnya tidak memadai.  Bahkan tidak mungkin ada kesempatan lagi meningkatkan karir. Sementara anakku sudah tiga orang. Biaya hidup semakin besar. Tapi bersyukur Tuhan memberikan banyak jalan keluar. Sepulang bekerja, saya mengembangkan usaha lagi. Menyewakan mobil, buat EO (event organizer) pernikahan dan berbagai acara lainnya. Lumayan menambah penghasilan. Tapi capeknya luar biasa memang Pak. Disaat orang pulang kerja bisa istirahat, saya lanjut kerja lagi.”

“Bagi kami sekarang, yang penting memberikan pendidikan yang terbaik dan berkualitas bagi anak kami rasanya sudah cukup. Semoga pendidikan mereka suatu saat bisa lebih tinggi dari kami orangtuanya. Tapi kalau ada kesempatan kuliah, rasanya sih ingin mencoba juga. Hanya jarak dan waktu ke kampus sudah tidak mungkin lagi. Karena kesibukan sekarang semakin tinggi.” Ujar Pak Sihombing menceritakan segelintir kisah hidupnya.

Tidak terasa, 15 menit berlalu, obrolan harus terhenti. Saya harus turun, untuk naik feeder bus dari Cikarang menuju Jakarta.

Selama dalam feeder bus, saya merenung. Bergumam dalam hati. Di negeri ini ternyata banyak yang kurang beruntung. Tidak bisa mengecap pendidikan tinggi. Mungkin karena ketiadaan biaya untuk kuliah. Sehingga untuk mencari pekerjaan yang baik, sangat sulit. Karena memang di negeri kita, pendidikan tinggi masih menjadi syarat utama dalam melamar pekerjaan.

Atau ada juga tidak memiliki kesempatan kuliah karena sibuk mencari uang sehingga tidak memiliki waktu ke kampus ditambah lagi jarak dengan kampus yang begitu jauh.

Pengalaman  pagi seolah-olah menjadi pengantar bagi saya sebelum mengikuti penjelasan tentang e-learning dari HarukaEdu. Secara utuh memang saya tidak mengetahui tentang HarukaEdu, tapi sejak semula sudah menduga bahwa HarukaEdu bergerak dalam pendidikan. Ya, pastilah! Tulisan Edu dibelakang HarukaEdu sangat mudah ditebak, bahwa itu berasal dari kata education. Tapi untuk hal teknisnya, saya tidak mau berspekulasi. Saya mau memanfaat kesempatan tersebut untuk mendapat informasi sebanyak mungkin.

Mengapa Harus HarukaEdu?

Ketika kuliah dipertengahan tahun 90-an. Seorang dosenku pernah mengajarkan tentang pandangan Alvin Toffler, seorang futurolog Amerika Serikat. Dosenku berkata, Alvin Toffler berkata bahwa dunia ini terbagi atas tiga gelombang perubahan. Gelombang pertama, siapa yang menguasai pertanian akan menguasai dunia. Gelombang kedua, siapa yang menguasai industri akan menguasai dunia. Dia berhenti sejenak sambil memandangi wajah  mahasiswa-mahasiswinya yang masih lugu. Maklum angkatan pertama, masih kelihatan berpenampilan ndeso. Kemudian melanjutkan pernyataannya. Gelombang ketiga, siapa yang menguasai informasi akan menguasai dunia.

Pada waktu itu saya tidak paham apa yang dikatakan dosen saya. Mungkin teman-temanku juga. Gelombang pertama dan kedua masih dapat saya terima. Tapi gelombang ketiga? Saya tidak mengerti. Masih sulit membayangkan. Akan lebih mudah memahami pendapat Alvin Toffler tersebut ketika diterangkan di zaman sekarang. Sekarang menyadari penuh era informasi, mengingat mudahnya menggunakan internet dan teknologi digital. Hampir semua sekarang sendi kehidupan mulai menggunakan fasilitas digital. Mulau dari taksi, ojek, pesan makanan, tiket, pulsa, dan lain sebagainya.

HarukaEdu sendiri  lahir pada gelombang ketiga. HarukaEdu siap harus menjawab tantangan dan menangkap peluang yang ada. Kalau HarukaEdu lahir di zaman saya, HarukaEdu pasti menjadi bahan guyonan karena tentu tidak dibutuhkan. Tapi ketika HarukaEdu lahir pada masa sekarang, ini momentum yang tepat. HarukaEdu mampu menjadi lembaga penjawab tantangan zaman. Mempertemukan kampus dan mahasiswa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Inilah kekuatan pembelajaran online, atau e-learning.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun