Nah, buku yang pernah saya beli dua puluh dua tahun lalu, ternyata terpakai kembali. Anak saya yang sedang duduk di bangku SMA kelas 11 itu, sepertinya senang membaca buku tersebut.
Walau buku tersebut "sudah berumur", ternyata isinya masih relevan ditambah dengan penyajiannya yang memang sederhana. Sehingga bagi para pemula atau yang sedang belajar dunia wirausaha, materinya cukup mudah dipahami dan diserap.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Begitu kata pepatah. Harapan saya itu pun bisa terwujud. Bahwa buku-buku itu kelak pasti berguna, bukan hanya untuk saya.
Memang, untuk mengajak anak zaman sekarang membaca buku fisik, penuh tantangan. Ada banyak tawaran-tawaran yang jauh lebih menggiurkan mereka. Semuanya ada di gadget. Bahkan, sering sekali hal itu lebih menarik bagi mereka daripada membaca. Terutama membaca buku fisik.
Bisa saya bayangkan pada zaman dulu, karena tidak banyak pilihan, selain bermain, membaca buku ternyata menjadi prioritas saya semasa kecil.
Menurut saya, itu kegiatan yang sangat menyenangkan. Terutama bagi saya yang sejak kecil memang sudah senang menulis. Jujur, dari bacaan itu, saya sering menemukan gagasan untuk menulis.
Sebagai orang tua, memang kita harus punya banyak cara atau strategi agar anak tetap senang membaca buku. Sebab membaca itu butuh konsistensi dan disiplin. Butuh kesabaran melatihnya. Berharap saja pada suatu titik, anak itu tanpa sadar sudah menemukan kegemaran dan kenikmatan membaca buku.
Yakinlah! Membaca buku itu akan sangat bermanfaat untuk membuat anak bertumbuh dan berkembang dalam pengetahuan dan wawasan, serta berbagai ketrampilan dan kecakapan hidup mereka kelak.
Oleh karena itu, mari tetap semangat menularkan semangat membaca buku kepada anak. Salam literasi!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI