Bahwa G20 Â itu ternyata merupakan representasi lebih dari 60 persen populasi bumi, 75 persen perdagangan global terjadi di negara-negara yang tergabung dalam keanggotaan G20, serta 80 persen PDB dunia ada di sini.
Ketika Indonesia berkontribusi melalui Presidensi G20, tentu itu merupakan hal yang luar biasa. Apalagi Indonesia bisa memberi sumbangsih yang berguna untuk menyelesaikan permasalahan global.
Misalnya saja, bisa kita saksikan pada video singkat berikut.
Dalam kesempatan tersebut, Perry Warjiyo selaku Gubernur Bank Indonesia, menyampaikan bahwa banyak agenda-agenda penting yang dibahas pada sidang Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 yang kedua pada bulan April 2022 di Washington DC. Indonesia adalah bagian penting di dalamnya.
Bagaimana penguatan koordinasi di dalam mengatasi kondisi global, yang ada kecenderungannya menurun, tekanan inflasi yang tinggi dan juga tidakpastian pasar keuangan global yang terus meningkat.
Bahkan Perry Warjio juga menegaskan bahwa Indonesia dapat menyumbangkan kesepakatan-kesepakatan di dalam sidang tersebut. Bagaimana negara-negara G20 secara bersama untuk melakukan koordinasi kebijakan, agar pemulihan ekonomi terus dapat berlangsung, stabilitas dapat dijaga, yaitu melalui koordinasi dalam normalisasi kebijakan-kebijakan negara maju.
Kalau demikian, kesuksesan sebagai Presidensi G20 2022 akan mengharumkan nama bangsa kita. Peristiwa ini akan menorehkan tinta emas sejarah kesuksesan Presidensi G20 di negara kita. Hal ini bukan saja penting pada masa sekarang, tetapi penting juga kelak bagi generasi penerus bangsa yang belum pernah menyaksikannya. Hal itu, barangkali dapat menjadi pembangkit nasionalisme pada masanya.
Torehan Tinta Emas Sejarah
Torehan tinta emas melalui Presidensi G20, akan menjadi fakta dan bukti sejarah pada masa mendatang bahwa Indonesia pernah sukses sebagai Presidensi G20. Layaknya kesuksesan negara Indonesia, saat baru merdeka lima tahun dari penjajah, tetapi telah berhasil mengguncang dunia.
Indonesia ikut menjadi penggagas terbentuknya Konferensi Asia Afrika (KAA), hingga menjadi tempat penyelenggaraan ajang internasional tersebut di Bandung, 18-25 April 1955.
KAA ini terbilang sukses untuk membangkitkan solidaritas negara-negara di Asia Afrika, selain itu berupaya memperjuangkan nasib negara-negara Asia Afrika yang belum merdeka.