Banyak orang memiliki Impian untuk bekerja di perusahaan multinasional. Tentu alasannya beragam. Â Barangkali ada yang beranggapan bahwa penghasilan di perusahaan multinasional pasti jauh lebih tinggi dan menggiurkan dibanding perusahaan nasional, apalagi lokal.
Mungkin ada juga yang beranganggapan kalau bekerja pada perusahaan multinasional akan jauh lebih menantang, disamping karena kompetisinya sangat ketat, ada banyak pengalaman yang bisa didapatkan. Misalnya, berkesempatan untuk melakukan perjalanan ke luar negeri, tentu akan terbuka lebar.
Senada halnya dengan cerita istri yang pernah bekerja di sebuah perusahaan multinasional. Salah satu pengalaman yang paling menarik dan sekaligus menantang adalah bagaimana harus berinteraksi dan berkomunikasi dengan asing, mau tidak mau istri harus memperkuat bahasa asingnya lagi. Kalau tidak, bagaimana mungkin bisa membangun relasi bisnis dengan baik.
Nah, kesempatan lain yang didapat istri adalah diberikan kepercayaan berkali - kali ke luar negeri untuk mengurusi bisnis dari perusahaan. Serta penghasilan yang lebih besar daripada perusahaan tempatnya bekerja sebelumnya.
Berbeda pula dengan cerita saya. Dulu pernah melamar dan mengikuti proses seleksi di sebuah perusahaan multinasional. Tepatnya perusahaan telekomunikasi. Tapi gagal total dalam proses seleksi.
Saya masih ingat persis, dari puluhan pelamar yang masuk tahap akhir, hanya saya yang berasal dari jurusan non eksakta. Selebihnya berasal dari jurusan eksakta seperti teknik elektro dan telekomunikasi. Mungkin alasannya karena saya pernah terlibat memberikan berbagai pelatihan.
Setelah selesai proses seleksi yang sangat ketat, dengan berbesar hati saya harus menerima keputusan bahwa saya tidak diterima diperusahaan tersebut. Bagiku ini hitung - hitung pengalaman.
Saya sendiri bisa mengerti kenapa saya tidak diterima. Saya tidak bisa meyakinkan pihak pewawancara dengan baik, terutama dengan ide atau gagasan yang berhubungan dengan program-program pelatihan yang saya tawarkan. Kebetulan saat itu saya melamar di bidang pelatihan.
Di sisi lain, saya sih maklum, saat itu saya masih baru bekerja setahun di tempat lain. Tentu masih miskin pengalaman. Saya berpikir, meyakinkan orang dengan bahasa Indonesia saja bukan perkara mudah, konon harus meyakinkan orang asing dengan ide-ide spontan.
Nah, bagi Anda yang tertarik bekerja di perusahaan multinasional, alangkah lebih baik memperlengkapi diri sedini mungkin.
Pertama, kuasai bahasa asing dengan baik. Bukan saja yang berhubungan dengan lisan tetapi juga tulisan. Dua hal tersebut nantinya pasti dibutuhkan.