Tanggal 14 Juni 2021 lalu, pasti menjadi hari yang membahagiakan bagi orang-orang yang berhasil diterima di bangku Perguruan Tinggi Negeri (PTN) idaman. Bagi yang belum berhasil, tentu ada kesedihan tersendiri. Sebaiknya, kesedihan itu tidak berlarut, sebab yang penting apa langkah berikutnya yang harus dilakukan.
Mungkin bagi sebagian orang ketika gagal merebut satu kursi di PTN, mereka langsung mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian mandiri yang dilakukan oleh kampus yang bersangkutan.
Tetapi bagi sebagian orang lagi, ada juga tidak mau mengikuti ujian mandiri, barangkali dengan pertimbangan biaya yang dikeluarkan pasti lebih mahal. Bagi yang memilih langkah ini, alangkah baiknya memikirkan alternatif yang lain.
Intinya, jangan pernah beranggapan bahwa PTN adalah satu-satunya menuju masa depan. Jadi jangan pernah menyesali diri karena tidak lulus PTN.
Bukankah masih banyak Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang berkualitas, bahkan melebihi kualitas PTN tertentu? Bukankah banyak orang yang sukses dengan latar belakang pendidikan PTS?
Bahkan, bagi sebagian pelajar SMA, ternyata tidak sedikit juga memutuskan langsung mendaftar ke PTS tanpa harus mengikuti SBMPTN. Sebaliknya ada yang sudah diterima di PTN, bahkan kategori PTN favorit melalui SBMPTN, tetapi memilih untuk tetap kuliah di PTS.
Nah, kalau pengalaman saya berbeda.
Saya akan coba melakukan kilas balik pengalaman saya ketika tidak lulus SBMPTN (baca: UMPTN) tahun 1994.
Ketika dinyatakan tidak lulus UMPTN, saya akhirnya memutuskan untuk langsung mengambil kuliah di sebuah PTS. Walaupun hati saya belum bisa menerima kenyataan. Bahkan dalam diri, saya berjanji, bahwa tahun berikutnya saya akan ikut UMPTN kembali.
Pertimbangan masuk PTS tentu menjadi pilihan saya karena saya tidak mau menganggur setahun hanya untuk menunggu UMPTN berikutnya. Otak juga tetap dilatih, sehingga tidak tumpul.
Berbeda dengan pengalaman beberapa teman yang justru memilih tidak kuliah, tetapi mempersiapkan diri selama setahun dengan cara mengikuti bimbingan belajar. Katanya, biar fokus. Apalagi orang tua mereka telah memberikan "ultimatum" agar kuliah di PTN karena biayanya lebih terjangkau dibanding kuliah di PTS, karena kalau di PTS tidak sanggup membiayai.