Peristiwa 20 Mei 1908, tepatnya 113 tahun yang lalu, merupakan sejarah penting bagi bangsa kita. Para kaum cendikiawan dari STOVIA seperti Wahidin Sudirohusodo, Soetomo dan yang lainnya, akhirnya bersepakat mendirikan sebuah organisasi modern yang bernama Budi Utomo.
Budi Utomo yang bergerak dalam bidang pengajaran dan kebudayaan itu, ternyata berhasil menancapkan tonggak sejarah nasionalisme di negeri kita. Faktanya, organisasi ini telah merintis pergerakan yang memiliki ruang lingkup lebih luas, yakni Jawa dan Madura.
Tentu hal itu merupakan inspirasi bagi organisasi-organisasi modern berikutnya.
Sejak kehadiran Budi Utomo, perjuangan nasionalisme menjadi bentuk komitmen baru bagi perjuangan kaum muda dan cendikiawan, di mana mereka berupaya untuk menanggalkan dan meninggalkan perjuangan primordialisme yang telah lama menjadi gaya perjuangan rakyat.
Sejarah mencatat, bahwa perjuangan sebelumnya masih berjuang secara sendiri-sendiri untuk menentang konialisme Belanda. Perjuangan yang demikian, tentu sangat merugikan bangsa kita dan menguntungkan Belanda.
Semangat pergerakan nasionalis yang dirintis oleh Budi Utomo itu, ternyata hingga sekarang masih tetap kita kenang. Bahkan hari lahirnya organisasi Budi Utomo tersebut, selalu diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional setiap tahunnya. Peringatan itu sendiri telah dimulai sejak tahun 1948 di Yogjakarta oleh Presiden Soekarno.
Nah, zaman memang sudah berbeda. Kalau dulu Budi Utomo berjuang merintis pergerakan nasional demi cita-cita kemerdekaan, maka sekarang kita berjuang untuk mengisi kemerdekaan. Bahkan musuh kita bukan lagi kolonial Belanda.
Bung Karno pernah berpesan "Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri"
Artinya, musuh kita sesudah merdeka berasal dari bangsa kita sendiri. Sejarah telah mencatat itu. Ada banyak musuh kita yang berasal dari bangsa kita sendiri. Salah satunya adalah ancaman terhadap persatuan dan kesatuan bangsa. Bahkan berkali-kali bangsa kita harus berhadapan dengan rongrongan dari dalam negeri seperti gerakan separatisme.
Walau musuh bisa berbeda, tetapi perlu diingat, bahwa semangat menegakkan nasionalisme itu tidak boleh berbeda.
Kalau merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa  nasionalisme itu adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Artinya, paham (ajaran) mencintai bangsa dan negara sendiri itu, sampai kapanpun harus tetap dimiliki agar bangsa dan negara kita tetap berdiri tegak dan kukuh.